Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
BANDUNG. Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) meresmikan pengerjaan jembatan layang (flyover) Antapani di Kota Bandung, Jumat (10/6/2016).
Jalan layang ini merupakan inovasi hasil kerja Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang). Sementara pembangunannya merupakan kerjasama Kementerian PUPR dengan Pemerintah Kota Bandung dan PT Krakatau Posco.
"Hari ini kita akan mulai mengerjakan pekerjaan inovasi dari Balitbang yang menunjukkan bahwa pertama Balitbang tidak hanya meneliti kebutuhan organisasi atau para penelitinya sendiri," ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat memberi sambutan kegiatan pencanangan tersebut.
Dengan adanya produk ini, kata Basuki, Balitbang menunjukkan hasil penelitiannya bisa dipersembahkan untuk kota dan masyarakat pada umumnya.
Program inovasi struktur jembatan dengan memanfaatkan baja sebagai komponen utamanya, merupakan dorongan dari Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla. Karena itu, sebelum menuju proyek pada siang ini, ia sempat melapor kepada Wapres.
Jembatan layang Antapani merupakan inovasi pertama yang menggunakan teknologi struktur baja bergelombang dengan bentang 22 meter.
Pembangunan jembatan layang ini bertujuan mengatasi kemacetan di persimpangan sebidang Antapani, tepatnya di Jalan Jakarta-Terusan Jakarta yang selama ini menjadi sumber kemacetan.
Pembangunan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dengan kombinasi mortar busa memiliki beberapa keunggulan.
Salah satu keunggulan tersebut adalah waktu tempuh pengerjaaan konstruksi jembatan yang lebih cepat sekitar 50 persen jika dibandingkan dengan pembangunan jembatan layang dengan struktur beton bertulang.
Dari sisi biaya, juga lebih efisien, yaitu sekitar 60 persen-70 persen jika dibandingkan dengan pembuatan jembatan layang dengan struktur beton bertulang.
Untuk membuat satu buah jembatan layang dengan struktur beton bertulang misalnya, anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 100 miliar.
Sementara pembangunan jembatan layang dengan struktur baja bergelombang dengan timbunan ringan hanya membutuhkan anggaran Rp 35 miliar. (Penulis: Arimbi Ramadhiani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News