kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis pesawat tanpa awak mewabah


Senin, 04 September 2017 / 11:15 WIB
Bisnis pesawat tanpa awak mewabah


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - Keberadaan perangkat nir awak alias drone membuat segala pekerjaan menjadi mudah. Tak cuma bagi perusahaan media tapi juga bagi penyedia jasa pemetaan daerah untuk mendukung kebutuhan survei udara. Salah satunya adalah Aerogeosurvey.

Ryan Fadhilah Hadi, Chief Operating and Marketing sekaligus Co Founder Aerogeosurvey menceritakan alasannya membuka perusahaan ini karena melihat besarnya kebutuhan survei bagi perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan . "Dulu mengenal peta dari satelit atau melalui darat, drone muncul untuk mengisi gap yang tidak bisa dipenuhi teknologi lainnya," katanya pada KONTAN, Kamis (31/8).

Ia menawarkan jasa dengan memanfaatkan teknologi drone seperti untuk pemetaan, foto geografi udara yang banyak dipakai perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas. Yakni menentukan jumlah tanaman kelapa sawit berdasarkan hasil pemetaan atau foto udara tersebut.

Biasanya, perusahaan kelapa sawit memakai beberapa cara. Seperti menerjunkan tim lapangan, memakai citra satelit, atau memakai pesawat untuk bisa survei foto udara. Nah, itu semua butuh dana yang tidak sedikit.

Ia mengklaim bila memakai drone, pekerjaan pemetaan kebun sawit bisa lebih mudah, cepat dan ekonomis. Sayang, Ryan tidak merinci tingkat efisiensi tersebut.

Masih ada lagi layanan dari Aerogeosurvey yakni jasa inspeksi dan pengawasan udara. Ini semacam jasa keamanan lewat drone dengan kemampuan kamera zoom yang bisa mengawasi aset milik perusahaan.

Ryan mematok tarif jasa drone tersebut antara Rp 15.000 sampai Rp 60.000 per hektare. Ia mengklaim, para pelanggan memakai jasa perusahaan ini untuk jangka waktu lumayan lama antara satu sampai lima bulan.

Terhitung sejak awal 2016 yang lalu hingga sekarang, Aerogeosurvey sudah bisa menyelesaikan sebanyak 50 proyek dari para klien. Tak cuma perusahaan kelapa sawit, ada juga migas, konstruksi serta instansi bidang penanganan bencana. Sayang, Ryan tidak memerinci total pendapatan yang dikantongi perusahaan hingga kini.

Perusahaan penyedia jasa survei ini baru beroperasi 2015 dan merupakan gabungan dari Drone Van Java (PT Indonesia Technologies Venture) dengan divisi survei AeroTerrascan (PT Aero Terra Indonesia).

Tak heran bila drone yang digunakan produksi AeroTerrascan. Selain drone tersebut diklaim cocok dengan kondisi geografis Indonesia.

Aerogeosurvey sendiri baru punya tiga drone fixed wing yang berfungsi untuk pemetaan luas areal yang luas serta empat drone multirotor yang digunakan untuk memetakan areal yang lebih kecil. Biasanya juga untuk dokumentasi dan inspeksi wilayah.

Semua proses produksi pembuatan peta dipusatkan di Bandung dengan mengoptimalkan sekitar 18 karyawan perusahaan ini.

Ryan optimistis bisnis ini bisa berkembang positif karena adanya kebutuhan dari perusahaan perkebunan. Selain itu juga ada kebijakan satu peta (one map policy) yang baru-baru ini dikeluarkan Presiden Joko Widodo.

Lantaran potensi pasar yang besar inilah membuat persaingan bisnis jasa survei peta dan sejenisnya ini makin marak. Aerogeosurvey sendiri mengetahui kondisi tersebut.

Tak ada cara lain bagi perusahaan ini selain memberikan layanan yang optimal bagi klien. Beruntung, karyawan perusahaan ini yang berusia muda antara 22 tahun sampai 28 tahun sangat melek teknologi sehingga sanggup mengikuti perkembangan teknologi dengan baik.

Celakanya, perkembangan teknologi di jasa survei yang terus berkembang tidak diimbangi dengan pengetahuan para klien. Maka tidak ada cara lain bagi perusahaan ini untuk terus melakukan edukasi ke para klien. Misal menjelaskan drone tidak cuma sebagai alat pengambil gambar tapi bisa untuk memenuhi kebutuhan sisi sinematografi. Edukasi ini Ryan sampaikan di situs dan akun media perusahaan itu.

Selain memakai media online untuk promosi, Aerogeosurvey juga rajin mengikuti pameran terkait jasa survei tersebut, baik di dalam atau luar negeri.

Namun ia mengakui untuk mengembangkan bisnis ini butuh modal dan banyak tenaga kerja. Sebab tidak tertutup kemungkinan, pihaknya butuh tenaga untuk terjun ke lapangan untuk kebutuhan survei.

Sebelum mengarah ke sana, perusahaan ini berencana mengoptimalkan pengelolaan manajemen untuk bisa meraih ISO 9001:2015 akhir tahun ini.

Untuk jangka panjang ada rencana Aerogeosurvey membuka cabang di kota besar. Tapi belum berencana mencari suntikan dana dari investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×