kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cuaca bagus, produksi kakao tahun ini minimal naik 10%


Rabu, 24 Januari 2018 / 13:19 WIB
Cuaca bagus, produksi kakao tahun ini minimal naik 10%
ILUSTRASI. Sentra Perkebunan Kakao di Sulawesi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi kakao tahun ini diperkirakan akan naik minimal 10% dibandingkan tahun lalu. Prediksi kenaikan produksi kakao ini sebagai imbas dari kondisi cuaca 2018 yang diramal lebih baik dari tiga tahun terakhir.

Dengan prediksi kenaikan produksi kakao minimal 10% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 230.000 ton, maka tahun ini produksi kakao bakal mencapai lebih dari 352.000 ton. Optimisme ini diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman, Selasa (23/1).

Menurutnya faktor cuaca yang baik menjadi penyebab utama. "Jika kita lihat tahun 2015 terjadi El Nino, tahun 2016 terjadi La Nina dan 2017 terlalu banyak hujan sehingga produksi kakao turun. Biasanya setelah tiga tahun produksi turun, setelah itu produksi akan naik," ujar Pieter kepada KONTAN, Selasa (23/1).

Dengan kenaikan produksi kakao sebesar 10%, Pieter optimistis pasokan biji kakao untuk kebutuhan industri dapat meningkat. Pieter menjelaskan, rata-rata kebutuhan kakao untuk industri sekitar 800.000 ton per bulan.

Kebutuhan industri yang besar ini tidak dapat dipenuhi dari hasil produksi kakao dalam negeri. Oleh karena itu sebagian besar bahan baku kakao masih diimpor. Hingga kuartal III-2017 impor biji kakao meningkat hingga 303% menjadi 162.924 ton dari sebelumnya 40.424 ton.

Namun pendapat berbeda dikatakan oleh Ketua Umum Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhelfi Sikumbang. Dia meramalkan produksi kakao sulit meningkat. Malah produksi kakao tahun ini bisa lebih rendah dari tahun 2017. "Saya justru melihat produksi kakao makin turun menjadi 300.000 ton saja tahun 2018 ini," ujarnya.

Penurunan produksi kakao terjadi seiring dengan penurunan harga kakao di tingkat petani. Zulhefi mencontohkan saat ini harga kakao di petani sekitar Rp 23.000 per kilogram (kg). Harga tersebut lebih rendah dari harga di pasar internasional yang mencapai Rp 26.000 per kg. Harga kakao yang murah membuat petani enggan menanam kakao

Dia berharap alokasi anggaran yang disiapkan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sebesar Rp 2,7 triliun untuk pemenuhan benih dan pupuk sektor perkebunan bisa berhasil. Sebab dana ini akan digunakan untuk peremajaan dan perluasan lahan sektor perkebunan, termasuk kakao.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×