kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,27   -8,08   -0.87%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dampak hilirisasi, industri logam dan mineral terus bertumbuh


Rabu, 14 Februari 2018 / 19:38 WIB
Dampak hilirisasi, industri logam dan mineral terus bertumbuh


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menilai industri sektor pengolahan logam dan mineral mengalami lonjakan tinggi. Hal ini terjadi karena kebijakan hilirisasi industri dalam upaya meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.

“Kita punya beberapa klaster industri baja. Sektor ini sebagai mother of industry. Di Cilegon misalnya, kapasitas produksi hari ini mendekati 5 juta ton per tahun dan ditargetkan mencapai 10 juta ton pada tahun 2025,” paparnya dalam keterangan pers, Rabu (14/2).

Selain itu, lanjut Airlangga, Indonesia juga memiliki klaster industri baja di Morowali, Sulawesi Tengah. “Sebelumnya, kita mengekspor yang namanya nickel ore, tetapi saat ini kita sudah memproduksi tiga juta ton nickel pig iron dan 1,5 juta ton produk tengahnya berupa stainless plat,” ungkapnya.

Kemudian, di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara akan menghasilkan nickel pig iron sebanyak dua juta ton pada tahun 2018. Dengan demikian, akhir tahun ini, Indonesia akan mempunyai kapasitas produksi baja berbasis nikel hampir empat juta ton atau setara dengan produksi seluruh Eropa. "Tahun depan, kita naikkan targetnya mencapai lima juta ton dan akan bisa menjadi produsen stainless steel terbesar kedua di dunia,” jelasnya.

Airlangga menegaskan, pihaknya terus berupaya memperdalam struktur industri nasional. Tujuannya agar bisa masuk di dalam rantai pasok global. Saat ini di Batulicin, Kalimantan Selatan, sedang dibangun pabrik dengan kapasitas produksi carbon steel sebesar dua juta ton.

Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), industri logam dasar merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi sebesar 7,05% pada kuartal IV tahun 2017. Capaian ini di atas pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,07% tahun 2017.

Di samping itu, kelompok industri logam, mesin dan elektronik mencatatkan sebagai subsektor yang menunjukkan perkembangan investasi terbesar kedua di Indonesia, dengan kontribusi sebesar Rp 64,10 triliun. Capaian ini di atas perolehan investasi dari industri kimia dan farmasi sebesar Rp 48,03 triliun. Sedangkan, yang tertinggi dari industri makanan sebesar Rp 64,74 triliun.

Pemerintah juga tengah berupaya untuk memberikan insentif fiskal guna memberikan daya tarik bagi industri. Misalnya, pemberian fasiitas tax allowance untuk sektor industri padat karya berorientasi ekspor. Selain itu, tax allowance sebesar 200% bagi industri yang mengembangkan pendidikan vokasi, serta tax allowance 300% bagi perusahaan yang aktif dalam kegiatan riset dan pengembangan (R&D).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×