kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Efek pelemahan nilai tukar rupiah belum merembet ke sektor ritel


Rabu, 04 Juli 2018 / 18:42 WIB
Efek pelemahan nilai tukar rupiah belum merembet ke sektor ritel
ILUSTRASI. Supermarket Alfamidi


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) hari ini menyentuh Rp 14.343 per dolar Amerika Serikat (AS), namun para pelaku usaha di segmen ritel baik department store maupun minimarket kompak menyatakan belum ada peningkatan harga jual akibat nilai tukar tersebut.

Arif L Nursandi, Regional Corporate Communication Manager PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) menyampaikan tidak ada adjustment price atau penyesuaian harga jual produk di gerai-gerai Alfamidi dan Alfa Supermarket. Kenaikan kurs dolar secara langsung juga tidak berimbas banyak terhadap margin perusahaan.

“Kenaikan kurs tidak terlalu signifikan dalam penentuan harga barang di toko, karena sebagian besar dan hampir seluruh barang dagangan di Alfamidi adalah produk nasional atau lokal yang tidak didatangkan dari impor atau luar negeri,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (4/7).

Senada, PT Indomarco Prismatama yang memiliki jejaring ritel Indomaret juga belum mengerek harga jual di gerai miliknya akibat pelemahan kurs. Wiwiek Yusuf, Marketing Director Indomarco menyampaikan bahwa penyesuaian harga hanya dilakukan mengikuti peningkatan dari produsen produk yang dijual.

“Kami sebagai retailer prinsipnya mengikuti penyesuaian harga dari produsen. Bila belum ada penyesuaian harga dari produsen, Indomaret akan jual dengan harga tetap,” tambahnya.

Tidak hanya gerai format minimarket, department store juga tidak otomatis mengerek harga jualnya. PT Ramayana Lestari Sentorsa Tbk (RALS) misalnya, menyampaikan imbas kenaikan nilai tukar dolar belum memperngaruhi harga jual produk miliknya karena bersifat fluktuatif.

“Belum ada penyesuaian (harga jual). Seperti kata Pak Tutum (Waketum Aprindo) ini kan sifatnya masih sementara dan Ramayana juga produknya produksi lokal semua,” ujar Setyadi Surya, Sekretaris Perusahaan RALS.

Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) menyampaikan tengah mengkaji kemungkinan adjustment price untuk produk makanan dan minuman karena persoalan kurs tersebut. Bahkan bila pelemahan berlangsung dalam jangka yang cukup lama, asosiasi menyebut ada potensi penurunan margin keuntungan di level 3%-5%.

Adhi S Lukman, Ketua Umum GAPMMI menyampaikan bila pelemahan rupiah terus berlanjut sampai akhir bulan ini dirinya mengatakan ada kemungkinan meningkatkan harga jual produk di kuartal IV. Hal ini karena sebgaian bahan baku impor akan menggerus laba industri sehingga perlu adjustment price.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×