Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Industri kelapa sawit nasional tidak akan terpengaruh dengan kenaikan bea keluar (BK) atau pajak ekspor minyak sawit mentah (CPO) mulai Februari 2012. Walau BK naik 1,5% dari 15% menjadi 16,5%, kinerja ekspor CPO masih akan moncer.
Hardy, Sekretaris Perusahaan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) mengatakan, kenaikan BK dari 15% pada bulan Januari menjadi 16,5% pada Februari 2012 tidak akan berpengaruh pada kinerja ekspor TBLA. "Ekspor masih akan bagus," kata Hardy, Senin (23/1).
Pemerintah menetapkan harga referensi atau harga patokan ekspor (HPE) CPO untuk Februari 2012 adalah US$ 1.001 per ton. Nilai HPE CPO itu naik nilai pada Januari ini yang sebesar US$ 960 per ton.
Meskipun tidak mempengaruhi kinerja ekspor secara signifikan, namun kenaikan BK kemungkinan bakal menggerus margin keuntungan perusahaan. Sebab, tarif bea keluar berlaku progresif mengikuti harga jual CPO internasional. Dengan tarif progresif, semakin tinggi harga, BK yang dikenakan semakin tinggi pula.
Pada akhir pekan lalu (20/1), harga CPO sempat bertengger di level tertinggi. Untuk pengiriman April 2012, harga CPO di Malaysia Derivatives Exchange sebesar RM 3.183. Harga itu setara dengan US$ 1.026 per metrik ton. Harga itu menjadi yang tertinggi sejak 13 Januari 2012.
Karena tidak akan mempengaruhi kinerja ekspor perusahaan, Hardy yakin, kenaikan BK itu juga tidak akan berimbas banyak pada kesejahteraan petani sawit. Walaupun, biasanya, para petani sawit juga terkena pemotongan harga untuk membayar BK. Dengan luas tanam sawit mencapai 3.000 hektare sampai 5.000 hektare, TBLA selain memiliki kebun sendiri juga bekerjasama dengan petani rakyat sistem plasma.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) juga percaya kenaikan BK CPO tidak mempengaruhi kinerja ekspor CPO tanah air. "Dampaknya tidak terlalu signifikan," terang Fadhil. Menurut Fadhil, BK CPO pada Februari 2012 nanti masih belum mencapai rekor seperti pada pertengahan tahun lalu. Pada pertengahan tahun 2011, menurutnya, BK CPO mencapai 20% meski tidak lama.
Data Gapki menunjukkan, nilai ekspor CPO periode Januari-Agustus 2011 mencapai US$ 10,97 miliar. Angka itu lebih tinggi 50,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 7,30 miliar.
Tahun ini, Gapki menargetkan nilai ekspor CPO mencapai 17,5 juta ton sampai 18 juta ton dari sebanyak 16,5 juta ton pada tahun 2011. Kenaikan ekspor akan didapatkan dari peningkatan produksi CPO nasional yang meningkat 1,5 juta ton menjadi 25 juta ton tahun ini.
Pasar CPO Indonesia didominasi oleh China yang mencapai 12,33% dari seluruh total ekspor CPO. Setelah itu diikuti Jepang sebesar 11,28% dan Amerika Serikat (9,79%). India juga mengimpor CPO sebesar 8,47% dari Indonesia, Singapura 7,13% dan Malaysia 5,80%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News