kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara Importir Liar, Ekspor Jawarandu ke Malaysia Mulai Lesu


Sabtu, 25 April 2009 / 09:41 WIB


Reporter: Aprillia Ika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan dari kambing peranakan ettawa dengan kambing kacang. Kambing peranakan ettawa berasal dari India sementara kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang punya tingkat reproduksi tinggi.

Tak seperti kambing peranakan ettawa yang bentuknya gagah, kambing Jawarandu mempunyai bentuk fisik mirip kambing kacang. Tak heran jika kambing Jawarandu atau disebut juga Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan ini lebih cocok dikonsumsi sebagai kambing pedaging, baik untuk kambing jantan maupun betina.

Nah, jenis kambing ini ternyata sangat diminati pasar Malaysia. Di negeri jiran tersebut, permintaan kambing Jawarandu usia muda diserap oleh industri penggemukan kambing. Salah satu eksportir kambing Jawarandu ini adalah Jonny Vito, pemilik CV Marlin Brothers di Kemirikebo, Turi, Jogjakarta.

Jonny sendiri sudah sejak tahun 2003 mengekspor kambing Jawarandu usia setahun ke Malaysia. "Padahal pasar sebenarnya sampai ke Laos, Thailand, dan beberapa negara ASEAN lainnya. Tetapi oleh Malaysia distop sampai Malaysia saja," tukas pemuda 31 tahun ini.

Menurut Jonny, permintaan Malaysia akan kambing Jawarandu miliknya mencapai 1.000 ekor per bulan jika sedang ramai. Kalau sedang sepi, paling hanya sekitar 300 ekor sampai 500 ekor saja per bulan. "Karena sudah membentuk kelompok peternakan, kalau ada permintaan yang mendadak banyak, tinggal ambil ke beberapa peternak lain," lanjut Jonny.

Tahun 2003 sampai tahun 2005 silam, permintaan Malaysia akan kambing Indonesia benar-benar banyak. Tak hanya kambing Jawarandu, permintaan akan kambing peranakan ettawa pun sangat tinggi. "Saat itu, margin harga jual kambing ettawa mencapai 300%, sementara kambing Jawarandu sampai 100%," lanjut Jonny.

Sayang, mulai tahun 2008 beberapa importir liar di sekitar Sumatra mulai merusak harga pasar. Pasalnya, para importir liar tersebut menjual kambing ettawa dan Jawarandu dengan harga miring. Akibatnya, "Sampai detik ini Malaysia pun sudah menghentikan impor kambing ettawa," lanjut Jonny.

Satu ekor kambing Jawarandu di pasaran harganya antara Rp 400.000 sampai Rp 600.000. Dari harga tersebut, bisa dijual di Malaysia seharga 450 RM atau sekitar Rp 1,35 juta per ekor. Jika, Jonny mampu mengirim 1000 kambing per bulan, artinya Jonny mampu meraup omzet Rp 1,35 miliar per bulan.

Namun, dari harga tersebut, cost operasional pengiriman sudah mencapai Rp 300.000. "Belum lagi banyak kambing yang mati ketika sampai disana, itu membuat margin usaha pengiriman kambing drastis berkurang," ujar Jonny.

Sementara menunggu membaiknya pasar ekspor kambing Jawarandu, Jonny kini menggarap pasar lokal. "Saat ini banyak permintaan dari pemerintah daerah seperti Sulawesi, Palu, Mataram dan Sumatra," ujarnya. Sayang, proses pengadaan kambing oleh beberapa pemerintah daerah tersebut harus menunggu proses tender yang lama dan lumayan berbelit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×