kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga bahan pangan masih sulit turun


Kamis, 25 Januari 2018 / 13:08 WIB
Harga bahan pangan masih sulit turun
ILUSTRASI. HARGA SEMBAKO NAIK


Reporter: Abdul Basith, Lidya Yuniartha | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang pekan terakhir Januari 2018, harga pangan tetap anteng di level tinggi. Sebut saja harga beras, daging ayam, dan cabai. Tak ada tanda-tanda harga pangan turun kendati pemerintah menggelar operasi pasar dan intervensi harga.

Berdasarkan pengamatan KONTAN di pasar Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, harga beras medium stabil di di atas Rp 12.000 per kilogram (kg). Sementara harga beras jenis premium sudah melompat ke atas Rp 15.000 per kg.

Harga daging ayam ras juga berdendang di puncak, yakni level Rp 28.000–Rp 40.000 per ekor tergantung bobot. Begitu pula dengan harga cabai-cabaian. Kini, harga cabai rawit merah sudah menembus di atas Rp 50.000 per kg, cabai rawit hijau di kisaran harga Rp 45.000 per kg, sementara harga cabai merah keriting di level Rp 43.000 per kg.

Kalangan pedagang menilai, harga pangan sulit turun karena keterlambatan pemerintah mengantisipasi tren lonjakan harga sejak dini. Misalnya, "Harga beras sudah naik Rp 2.000 per kg sejak menjelang Natal tahun lalu," kata Abdullah Mansuri, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional Indonesia (Ikappi) kepada KONTAN, Rabu (24/1).

Menurut Abdullah, peningkatan harga ini disebabkan oleh pasokan beras yang terus berkurang. Dia menandaskan, pedagang tak bisa mengutak-atik harga beras, karena hanya hukum pasar yang berlaku. Jika suplai banyak, pastilah harga beras turun.

Menurut Abdullah, saat ini operasi pasar yang digelar pemerintah kurang berhasil. Sebab beras tersebut langsung dijual kepada konsumen. "Kalau mau jual langsung ke pedagang supaya bisa memantau tren harga," jelasnya.

Abdullah juga mengatakan curah hujan yang tinggi menjadi penyebab harga cabai melonjak. Menurutnya, kualitas cabai turun dan proses pengiriman terganggu akibat curah hujan tinggi. Dia mengungkapkan, sepekan terakhir harga cabai naik 10%–15%.

Di sisi lain, Abdullah mengaku heran dengan tren harga ayam ras yang tetap tinggi belakangan ini dan berlangsung dalam waktu yang lama. Biasanya, harga ayam turun ketika momen hari besar usai. Biasanya, harga tertinggi ayam Rp 28.000 per kg. Jika kini meloncat lebih tinggi, "Artinya ada kekurangan pasokan," ujarnya.

Turun di level peternak

Namun Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko mengatakan, harga ayam ras di tingkat peternak mulai turun atau sesuai dengan harga referensi pemerintah. Kini, harga ayam ras berkisar Rp 18.000–Rp 19.000 per kg di tingkat peternak.

Dia membandingkan, awal Januari hingga pertengahan bulan ini, harga ayam ras di tingkat peternak naik menjadi Rp 20.000–22.000 per kg. Tapi, "Peternak tidak menikmati kenaikan harga karena produksi tidak normal akibat cuaca buruk," kata Singgih.

Kenaikan harga ayam ras ini turut mendorong naik harga daging ayam ras di tingkat konsumen. Di sejumlah pasar tradisional, harga ayam ras terbang di atas Rp 36.000 per ekor untuk ukuran standar (900 gram). Kenaikan ini terjadi sejak menjelang pergantian tahun lalu dan berlanjut hingga pertengahan Januari 2018.

Singgih menandaskan, penurunan harga ayam di tingkat peternak dipicu oleh semakin membaiknya kondisi cuaca. "Produksi ayam turun karena cuaca kurang baik sehingga pertumbuhan ayam di kandang terganggu. Sekarang mulai normal lagi karena cuaca mendukung," tandasnya.

Harga ayam memang fluktuatif. Alhasil, Singgih menilai wajar bila pemerintah akan mengatasi masalah ini dengan mematok harga referensi batas atas dan bawah. Harga referensi ini bertujuan memberikan kepastian harga pada konsumen dan peternak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×