kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga karet kian mengkerut bikin margin tergerus


Selasa, 31 Juli 2012 / 16:03 WIB
Harga karet kian mengkerut bikin margin tergerus
ILUSTRASI. Plang tanda check point pengawasan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jalan Ciledug Raya, Jakarta, Kamis (23/4/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak.


Reporter: Handoyo | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tren penurunan harga karet di pasar global sejak awal tahun akhirnya mempengaruhi margin keuntungan perusahaan karet. Meski demikian, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) sebagai salah satu perusahaan perkebunan karet belum akan merevisi target produksi.

Yang jelas, penurunan harga karet telah menurunkan kinerja perusahaan. "Penurunan harga karet akan mempengaruhi keuntungan," kata Bambang S Ibrahim, Direktur Keuangan JAWA di Jakarta, Senin (30/7). Sayangnya, Bambang tidak menjelaskan seberapa besar penurunan keuntungan perusahaanya tersebut.

Selama semester I tahun ini, harga jual karet JAWA rata-rata Rp 31.000 per kilogram (kg)-Rp 33.000 per kg, atau turun 29,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 44.000 per kg. Mengutip data Bloomberg di bursa Tokyo Commodity Exchange, harga karet Senin (30/7) mencapai US$ 2,1 per kg, atau turun 48,8% dibandingkan awal tahun yang mencapai US$ 4,1 per kg.

Penurunan harga karet dunia tentu saja menggerus margin perusahaan. Gambaran saja, harga pokok produksi (HPP) karet saat ini sekitar US$ 1,4 per kg-US$ 1,5 per kg. Bila mengacu pada kurs dollar saat ini (30/7) Rp 9.485, maka HPP karet berada dikisaran Rp 13.279 per kg-Rp 14.227,5 per kg.

Menurut Bambang, penurunan harga jual karet ini tidak lain karena krisis ekonomi yang masih melanda negara-negara di kawasan Eropa. Selama kondisi perekonomian Eropa masih bergejolak, maka kenaikan harga karet akan sulit terjadi.

Asal tahu saja, produksi karet JAWA tahun lalu sebanyak 9.954 ton, dari jumlah itu sebanyak 21% diekspor ke China, Amerika, Rusia dan Eropa. Meski turun, JAWA tetap memproyeksikan peningkatan produksi sebanyak 13.272 ton, atau tumbuh 25% dibandingkan tahun 2011.

Walau terjadi tren penurunan harga karet, namun Bambang bilang saat ini JAWA fokus pada produksi hulu. "Kami belum berniat membangun pabrik hilir karet, karena kebun masih kecil," jelas Bambang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×