kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

HET daging beku tidak pengaruhi peternak lokal


Selasa, 12 September 2017 / 19:33 WIB
HET daging beku tidak pengaruhi peternak lokal


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Kementerian Perdagangan (Kemdag) berencana melanjutkan kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk daging beku. Dalam beberapa bulan terakhir, harga daging beku dipatok senilai Rp 80.000 per kilogram (kg).

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana melihat, penerapan HET ini tidak akan berpengaruh terhadap harga peternak lokal. Pasalnya, harga daging sapi segar masih berada di atas Rp 100.000 per kg.

Menurutnya, harga tersebut tidak akan mengalami penurunan karena akan memunculkan kerugian bagi petani. "Harga daging sapi segar memang di atas Rp 100.000 per kg, itu tidak bisa turun, petani kan tidak mau rugi. Harga yang sudah terbentuk juga sebesar itu," tutur Teguh, Selasa (12/9).

Penetapan HET juga tidak akan memberikan keuntungan apapun bagi peternak sapi lokal. Justru, HET tersebut akan menguntungkan pengimpor dan distributor daging asal India yang dianggap memiliki harga jauh lebih murah dibandingkan HET yang ditetapkan.

Meski begitu, Teguh menyoroti maraknya daging beku yang masuk ke Indonesia. Dia bilang, masuknya daging beku impor ke Indonesia bisa memunculkan penyakit kuku dan mulut.

Selain itu, masuknya daging beku akan memunculkan persaingan dengan petani terlebih harga yang dibanderol cukup murah. Meski daging beku masih marak di kawasan Jabodetabek dan industri, namun Teguh mengkhawatirkan daging beku akan mulai dipasok ke daerah-daerah karena harganya yang terjangkau.

"Petani hanya menunggu nasib saja, Kalau daging beku ini semakin merambah kemana-mana dan mereka kehilangan semangat beternak ya sudah. Lama-lama kan daging beku juga akan menyebar, dengan selisih harga seperti itu, kebijakan itu menjadi disportif," tambah Teguh.

Teguh mengungkap, saat ini kebutuhan daging per kapita setiap tahunnya adalah senilai 2,6 kg. Bila masyarakat Indonesia sebanyak 250 juta, maka kebutuhan daging sapi per tahun adalah sebesar 650.000 ton per tahun. "Menurut saya daging lokal dan daging impor memenuhi kebutuhan daging kita lima puluh-lima puluh lah," ungkap Teguh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×