kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri memasang target bisnis moderat


Sabtu, 16 Desember 2017 / 12:46 WIB
Industri memasang target bisnis moderat


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kalangan pengusaha tidak memasang target terlalu tinggi di tahun depan. Maklum, memasuki tahun politik para pengusaha cenderung memproyeksikan pertumbuhan bisnis di angka moderat di rentang 5,05% sampai 5,2%.

Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), mengatakan, tahun politik sebetulnya tidak akan mengganggu prospek bisnis para pengusaha secara langsung. Sejauh kebijakan yang dibuat pemerintah tidak mendistorsi rencana bisnis para pengusaha.

Sehingga konsistensi kebijakan sangat penting agar peraturan-peraturan yang telah berjalan tidak berubah-ubah sehingga membingungkan pengusaha. "Jadi bukan karena politiknya, tetapi konsistensi kebijakan yang dibuat oleh figur politik," ujar Hariyadi, Jumat (15/12).

Target pertumbuhan bisnis yang disematkan Apindo tahun depan tersebut berada di bawah target pertumbuhan ekonomi pemerintah sebesar 5,4%. "Kami selama tiga tahun memasang target di atas target pemerintah, tetapi realisasinya justru di bawah target. Jadi kami harus mengoreksi jadi 5,2%. Itu sudah cukup moderat," kata Hariyadi.

Ritel melambat

Hariyadi memproyeksi, belanja masyarakat akan meningkat tahun depan. Tapi mencapai angka 5,4% lumayan berat. Sejauh ini, semangat pemerintah untuk menciptakan iklim yang kondusif sudah cukup baik, meski butuh beberapa pembenahan di beberapa sektor.

Apindo menyebutkan, tahun depan beberapa sektor masih berpotensi mengalami tekanan. Sektor ritel dan properti berpeluang untuk melanjutkan perlambatan. "Tapi yang harus kita dorong adalah optimisme pelaku usaha, khususnya yang menengah ke atas supaya mau bergerak dan melakukan ekspansi," ujar Hariyadi.

Mengantisipasi hal itu, pihaknya berencana melakukan konsolidasi dengan Kementerian Pariwisata (Kempar) agar ada gebrakan inovasi di sektor wisata sehingga devisa negara semakin bertumbuh.

Senada dengan yang dikatakan Solikhin, Ketua Dewan Pengurus Apindo DKI Jakarta. Menurutnya, industri ritel di tahun depan masih lesu, karena kompilasi dari berbagai persoalan. Contohnya lokasi usaha yang menyebabkan beban besar ke perusahaan dan gaji karyawan yang mencapai di atas 49%. "Otomatis jadi tantangan kita ke depan. Jadi pemilihan lokasi untuk offline harus lebih selektif nanti," kata Solikhin, yang juga pelaku usaha di sektor ritel.

Berkaitan dengan situs penjualan online yang mulai marak, Solikhin mengaku bahwa hal itu sedikit berpengaruh, tetapi tidak signifikan. Pasalnya, kontribusi sektor consumer goods kontribusi penjualannya masih terbilang kecil di situs online.

Catatan KONTAN, terdapat beberapa pelaku usaha ritel yang menutup gerai usahanya, mulai dari 7-Eleven, PT Matahari Department Store, menyusul Lotus Department Store dan Debenhams akan ditutup oleh PT Mitra Adi Perkasa Tbk pada akhir bulan ini dan akhir tahun 2017.

Handaka Santosa, Chief Executive Officer (CEO) Sogo Department Store, mengatakan ritel mengalami tantangan dengan perubahan pola konsumsi dan gaya hidup yang membuat kinerja ritel berat. "Namun hal ini justru harus membuat peritel mengubah strategi dalam tampilan gerai, peningkatan pelayanan dan efisiensi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×