kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri penerbit buku berjuang di tengah himpitan


Jumat, 25 November 2016 / 22:40 WIB
Industri penerbit buku berjuang di tengah himpitan


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Berbagai cara dilakukan penerbit buku dalam memutar roda bisnisnya. Berkembangnya industri digital membuat para penerbit harus piawai mengatur strategi agar buku-buku yang mereka cetak terserap pasar. Sebab jika tidak, buku-buku akan berakhir dibazar dengan diskon hampir 90%.

Rosidayati Rozalina, Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat menyebut, sejak tahun 2008 beberapa anggotanya banyak yang mengurangi jumlah cetakan buku dalam sekali terbitan. "Kalau biasanya minimal 3.000 eksemplar dalam satu kali cetak, sekarang hanya 1.000 sampai 2.000," kata Rosidayati kepada KONTAN (24/11).

Rosidayati bilang harga tersebut ikut mengerek harga jual buku lebih mahal. Sebab, biaya cetak buku dengan metode offset akan jauh lebih murah jika kuantitasnya banyak.

Tak pelak, hal ini berimbas pada penurunan produksi buku sekitar 10%. Dan penerbit harus piawai dalam membaca pasar dan memilih buku yang akan mereka cetak dan terbitkan.

Penerbit buku yang paling terpukul adalah penerbit buku teks pelajaran dan sekolah. Pasarnya praktis berkurang sejak tahun 2008.

Saat itu, pemerintah mulai mencetak buku pelajaran sendiri dan melarang pihak sekolah atau guru merekomendasikan buku di luar terbitan pemerintah. Walau enggan merinci lebih detail angka penurunannya, Rosidayati bilang ada beberapa penerbit menutup kantor cabang dan tak sedikit yang gulung tikar dan beralih profesi.

Djadja Subadja, Wakil Kepala Penerbitan Yudhistira bilang, saat ini para penerbit buku teks pendidikan mengandalkan sekolah swasta. "Karena sekolah swasta, kita pun harus berinovasi agar produk buku lebih baik daripada terbitan pemerintah," ungkap Djadja kepada KONTAN (24/11).

Para penerbit menambahkan materi pelajaran lebih komprehensif sampai menggunakan teknologi untuk memberikan nilai tambah buku. Seperti menyisipkan QR Code dalam materi tertentu sehingga siswa bisa memindai dan mengakses materi tambahan lewat situs yang penerbit bangun sebagai database.

Beberapa penerbit buku pun membuat edisi digital dan melakukan penjajakan kerjasama dengan sejumlah proyek e-library. Walaupun nilainya masih relatif kecil dibanding penjualan buku cetak, setidaknya segmen ini masih memberikan secercah harapan bagi para penerbit.

Sebab, dalam satu kali penerbitan buku, komponen terbesar ada pada biaya cetak yaitu 20% dan 40% lagi untuk distribusi ke seluruh Indonesia yang menggunakan jasa logistik. Dengan produk digital dan bekerjasama dengan perpustakan digital daerah, biaya ini pun bisa terpangkas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×