kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi pengelola pusat belanja agar tetap tumbuh


Selasa, 20 Februari 2018 / 22:38 WIB
Ini strategi pengelola pusat belanja agar tetap tumbuh
ILUSTRASI. Clarks Sale di Grand Indonesia


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengelola pusat perbelanjaan besar di Jakarta meyakini prospek mal yang mereka kelola akan terus tumbuh sejalan dengan strategi yang dilakukan dalam merespons perkembangan gaya hidup dan keinginan dari konsumen.

Meskipun data riset Jones Lang LaSalle (JLL) menyebutkan bahwa okupansi mal di Jakarta tahun lalu hanya 89% turun ke titik terendah dalam enam tahun terakhir, namun sejumlah pengelola pusat belanja besar di ibukota justru menyampaikan perkembangan tingkat keterisian mal mereka cukup bagus hingga saat ini.

Mal Kota Kasablanka misalnya tingkat okupansinya saat ini mencapai 99%. Bahkan, jumlah pengunjung mal ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. "Pengunjung mal kami rata-rata mencapai 70.000 orang setiap hari saat hari kerja dan 100.000 pada saat akhir pekan dan hari libur," kata Lusiana, General Manager Mal Kota Kasablanka pada Kontan.co.id, Selasa (20/9).

Hal yang sama juga dirasakan oleh mal Grand Indonesia di mana tingkat okupansinya saat ini mencapai 98,5%. Danto Kantoro Permadi, General Manager Marketing Communication Grand Indonesia mengatakan, jumlah pengunjung mal tersebut mencapai 24,8 juta pada tahun 2017, tidak mengelami penurunan dari tahun sebelumnya meskipun tahun lalu sering terjadi kegiatan demonstrasi di area Jakarta Pusat. Pada saat hari kerja pengunjung mencapai 65.000 per hari dan 85.000 orang pada saat weekend.

Lalu apa yang dilakukan kedua mal ini sehingga okupansinya tetap terjaga dan pengunjung selalu ramai. Menurut Danto, strategi yang dilakukan oleh Grand Indonesia adalah melakukan inovasi-inovasi dalam tenancy seperti menciptakan tenant mix yang tepat dengan variasi brand yang diminati konsumen dan sedang jadi trend setter.

Sekitar 70% constumer Grand Indonesia adalah wanita sehingga gerai-gerai kecantikan menjadi daya tarik dan itu terakomodasi semua di dalam mal tersebut. Danto bilang, pihaknya terus melakukan perubahan konsep agar menciptakan sesutu yang baru bagi pengunjung dengan mengikuti tren-tren yang ada baik untuk sport, lifestyle maupun food court. "Baru-baru ini, Grand Indonesia membuat konsep baru foodcourt yaitu Foodprint di mana tempatnya dikonsep dengan menarik," jelasnya.

Sedangkan dalam sisi marketing, Grand Indonesia melakukan progam-program belanja dan acara bertema experimental serta melakukan inovasi dalam hal layanan misalnya muti lingual customer services , aplikasi booking parking dan lain-lain.

Sedangkan strategi yang dilakukan Mal Kota Kasablanka adalah dengan berusaha menghadirkan tenan-tenan yang happening dan menyediakan kegiatan-kegiatan yang mengakomodasi kebutuhan pengunjung seperti perhelatan travel fair, movie dan lain-lain.

Lusiana bilang, sesuai kebutuhan, pihaknya saat ini semakin banyak menghadirkan tenan food and beverage (F&B) baru di Kota Kasablanka untuk memenuhi kebutuhan konsumen. "Meski begitu fashion baru tidak kami tinggalkan," ujarnya.

Saat ini porsi tenan F&B di mal Kota Kasablanka mencapai 35% dan selebihnya merupakan anchor tenan. Tenan yang juga banyak mulai masuk ke mal ini adalah yang berkaitan dengan produk beauty.

Sementara Stephanus Ridwan, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengakui memang ada beberapa pusat belanja yang mengalami penurunan okupansi. "Adanya tenan-tenan yang berguguran bukan hanya akibat perkembangan bisnis online, tetapi juga karena banyak tenan yang pindah mencari tempat yang lebih baik atau ada mall yang melakukan renovasi untuk mengakomodasi perkembangan ke depan." jelasnya.

Menurutnya, mall-mall meaamng harus melakukan perubahan mengikuti perkemabngan gaya hidup konsumen agar bisa tetap tumbuh. Ridwan menyakini, mall-mall yang sedang bersolek memperbaiki diri akan mengalami pertumbuhan okupansi ke depan.

"Kebutuhan pengunjung sekarang berubah, maunya semua harus wow, jadi mal harus berubah, harus rapi. kalau tidak berubah pasti akan mati,"kata Ridwan.

Dalam mempercantik diri, lanjut Ridwan, mall tidak bisa hanya melakukan renovasi bangunan secara fisik, tetapi juga harus bisa memilih tenan yang bisa membawa lebih banyak pengunjung. Tenan yang masuk harus memiliki konsep yang menarik dalam memasarkan produknya dan juga dalam hal penataan tokonya.

Meskipun tren orang ke mall saat ini lebih untuk mendapatkan pengalaman, Ridwan mengatakan, pengelolaan dalam sebuah mall juga harus dilakukan berimbang. Kombinasi antara F&B, lifestyle, fashion dan lain-lain harus disesuaikan. "F&B itu sebenarnya tidak boleh lebih dari 35%, kalau kebanyakan FnB juga tidak akan berhasil," kata dia.

Tenan-tenan fashion menurut Ridwan bukan tidak menarik di dalam mall. Dia melihat fashion-fashion yang memiliki konsep yang menarik dalam menggaet pembeli dan memiliki produk yang berkualitas tetap masih akan tetap menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×