kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi dan pengembangan smelter Sebuku Iron terganjal izin Pemprov


Kamis, 01 Februari 2018 / 17:06 WIB
Investasi dan pengembangan smelter Sebuku Iron terganjal izin Pemprov
ILUSTRASI. Tembaga copper


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi pertambangan dan pabrik pengolahan bijih besi di Pulau Sebuku milik PT Sebuku Iron Lateritic Ores (SILO) terhambat izin Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang hingga kini belum keluar.

Direktur Operasi PT Sebuku Iron Lateritic Ores, Henry Yulianto mengatakan, padahal sejak perusahaannya beroperasi pada 2004 hingga 2016, tidak pernah mengalami kendala perizinan termasuk dari Pemprov Kalsel.

Semestinya Pemprov Kalsel mendukung keberadaan Sebuku Iron karena merupakan satu-satunya perusahaan yang kini beroperasi dan menjadi tumpuan hidup warga Pulau Sebuku.

Menurut Henry, pada 24 Oktober 2016, pihaknya telah mengirimkan surat kepada BP DASHL Barito yang ditembuskan ke Dinas Kehutanan Pemprov Kalsel perihal permohonan calon lokasi rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS). Namun, hingga kini belum ada tanggapan dari Pemprov.

Ia mengatakan permohonan pemprov tersebut diperlukan untuk memenuhi permintaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sesuai surat No 59/1/IPPKH/PMDN/2016 tertanggal 5 September 2016.

"Surat KLHK itu mewajibkan SILO menyampaikan Peta Lokasi Rencana Penanaman Dalam Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai," katanya, Kamis (1/2).

Menurut dia, dampak tidak diprosesnya permohonan oleh Pemprov Kalsel menyebabkan perusahaan menghentikan operasional. Ini berimbas pada merumahkan karyawan dan akan berlanjut pada pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Dalam satu tahun terakhir karyawan sudah berkurang 300 orang dan tidak menutup kemungkinan 500 karyawan yang kini masih aktif mengalami hal yang sama," katanya.

Kondisi tersebut, menurut Henry, berdampak langsung kepada masyarakat Pulau Sebuku karena selama ini warga setempat mengandalkan pendapatan dari pengoperasian SILO.

"Tidak beroperasinya SILO selain meresahkan karyawan, juga warga setempat yang menggantungkan ekonominya dari kami. Dari sekitar 5.000 warga Sebuku, 3.000 waga di antaranya tergantung dari operasi SILO," katanya.

SILO yang beroperasi di Pulau Sebuku, Kalsel memiliki izin usaha pertambangan bijih besi seluas 12.000 ha. Saat ini, perusahaan ini tengah membangun sebanyak empat unit pabrik pengolahan (smelter) dengan kapasitas total 6,3 juta ton bijih besi dengan rencana produksi sponge ferro alloy sebanyak 2,2 juta per tahun.

Keseluruhan kapasitas smelter dengan nilai investasi US$ 180 juta tersebut ditargetkan rampung pada 2021. Namun, sambil menunggu proyek keseluruhan selesai, SILO memproduksi konsentrat dari satu unit smelter yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×