kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi di industri smelter domestik di awal 2018 marak


Rabu, 31 Januari 2018 / 10:27 WIB
Investasi di industri smelter domestik di awal 2018 marak
ILUSTRASI. Tembaga copper


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) terus memacu masuknya investasi sektor industri smelter di dalam negeri. Langkah ini merupakan implementasi dari kebijakan hilirisasi industri yang membawa efek berantai pada perekonomian nasional. Efek tersebut mulai peningkatan nilai tambah bahan baku dan penyerapan tenaga kerja lokal hingga penerimaan devisa hasil ekspor.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Harjanto mengatakan, pada awal tahun 2018, terdapat tambahan investasi sekitar US$ 3 miliar dari industri smelter, baik itu yang melakukan ekspansi maupun investasi baru. Total penanaman modal di sektor industri pengolahan dan pemurnian logam tersebut, terdiri dari investasi PT Fajar Bhakti Nusantara di Gebe, Papua Barat untuk pabrik nickel pig iron yang mencapai US$ 350 juta.

Kemudian, perusahaan asal Tiongkok, Virtue Dragon berinvestasi di Konawe, Sulawesi Tenggara untuk pabrik ferronickel senilai US$ 2,5 miliar. Keduanya melakukan ekspansi atau perluasan pabrik.

Sedangkan, PT Kalimantan Surya Kencana menggelontorkan dananya untuk pabrik pengolahan tembaga sebesar US$ 135 juta. Saat ini proyek tersebut masih dalam tahap studi, dan ditargetkan akhir 2018 pembangunan akan selesai.

“Investasi baru ini juga akan menambah kapasitas produksi nasional sekaligus meningkatkan ekspor produk yang dihasilkan industri smelter tersebut,” ungkapnya dalam siaran pers, Rabu (31/1)..

Harjanto meyakini, dengan harga komoditas seperti batubara dan feronikel yang semakin membaik, akan mendorong pertumbuhan industri smelter di Indonesia. 

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) Prihadi Santoso menambahkan, pelaku industri smelter nasional optimistis dalam menjalani tahun 2018. Industri smelter di dalam negeri berkaitan dengan kondisi ekonomi dunia, di mana konsumen global di kawasan Eropa diprediksi akan meningkatkan permintaannya.

"Negara-negara di Eropa, kecuali Inggris yang masih belum bisa ditebak, mengalami peningkatan. Ekonomi dunia juga diprediksi akan membaik. Ini sangat bagus,” paparnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, Kemperin fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri, salah satunya di sektor logam. “Indonesia tengah menargetkan produksi 10 juta ton baja pada tahun 2025. Di samping itu, akan menghasilkan stainless steel sebanyak empat juta ton pada 2019,” ungkap Airlangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×