kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi jasa tambang bisa anjlok hingga 20%


Selasa, 18 Juni 2013 / 11:47 WIB
Investasi jasa tambang bisa anjlok hingga 20%
ILUSTRASI. Daging sapi yang tak langsung dimasak haruslah dimasukkan ke dalam kulkas agar awet dan tidak terkontaminasi bakteri (@istetiana/Getty Images)


Reporter: Muhammad Yazid, Diemas Kresna Duta | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) memproyeksikan investasi jasa pertambangan pada tahun ini akan menurun hingga 20% dibandingkan dengan realisasi investasi di tahun lalu. Penyebabnya, harga mineral maupun batubara hingga pertengahan tahun ini masih melemah. Situasi itu memicu perusahaan pertambangan mengurangi produksinya.

Tjahyono Imawan, Ketua Umum Aspindo, mengatakan, pada tahun lalu jumlah investasi jasa pertambangan mencapai sekitar Rp 12 triliun. Sekitar 90% dari nilai tersebut berasal dari sektor pertambangan batubara. "Rendahnya harga komoditas tambang, baik mineral maupun batubara, saya kira, juga berpengaruh terhadap penurunan investasi di tahun ini hingga 20%," kata dia kepada KONTAN, seusai mengikuti Musyawarah Nasional ke-III Aspindo, Senin (17/6).

Prediksi itu berarti Aspindo memproyeksikan investasi jasa pertambangan sepanjang tahun ini senilai Rp 9,8 triliun. Adapun yang termasuk investasi sektor jasa pertambangan, seperti pengadaan alat berat, mesin pengolahan pertambangan, dan pengadaan peralatan ketenagalistrikan.

Menurut Tjahyono, sejatinya usaha jasa pertambangan memegang peranan penting dalam pengembangan industri ini. Ia memisalkan, di sektor batubara, penyedia jasa pertambangan terlibat langsung dalam kegiatan survei dan pemetaan lokasi tambang, kegiatan feasibility study (FS), kegiatan eksploitasi berupa penambangan, hingga pengangkutan.

Jika perusahaan batubara mengurangi produksi lantaran permintaan di pasar internasional sedang tidak bergairah, sektor jasa akan langsung terkena imbasnya. "Di sektor batubara, kami mengerjakan hampir semua kegiatan. Mungkin yang tidak dilakukan cuma kegiatan pengolahan dan pengeringan serta penjualannya," kata dia.

Seperti diketahui, harga batubara di pasar internasional hingga sekarang belum beranjak naik. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batubara acuan (HBA) per Juni 2012 senilai US$ 84,87 per ton, atau turun tipis dari harga di bulan sebelumnya, yaitu US$ 85,33 per ton.

Selain batubara, Tjahyono menambahkan, harga komoditas mineral seperti nikel, mangan, dan bijih besi juga masih belum stabil. Berdasarkan aturan Kementerian Perdagangan, harga patokan ekspor (HPE) mangan per Juni ini mencapai US$ 145 per ton- US$ 203,4 per ton, atau turun dibandingkan dengan HPE di awal tahun, yaitu US$ 183,7 per ton–US$ 267,6 per ton.

Dia mengatakan, rendahnya harga mineral tersebut tentunya akan berdampak ke perusahaan pertambangan yang menjaga pasokan produksinya. "Mineral juga menurun karena pelemahan harga, maupun karena pembatasan ekspor mineral yang diterapkan pemerintah melalui HPE," kata Tjahyono.

DEWA tambah mesin

Sekadar informasi, sekarang ini terdapat sekitar 938 perusahaan jasa usaha pertambangan di Tanah Air. Dari jumlah tersebut, 131 perusahaan yang sudah bergabung di Aspindo, seperti PT Petrosea Tbk, PT Darma Henwa, dan PT Pamapersada Nusantara.

Meski beberapa usaha jasa pertambangan diprediksi menurunkan investasi tahun ini, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mengambil jurus yang sebaliknya. Tahun ini DEWA berencana menggelontorkan capital expenditure (capex) US$ 109 juta. Anggaran belanja modal itu dialokasi untuk membeli fasilitas pendukung produksi, seperti mesin, komponen, hingga infrastruktur jalan.

Sebelumnya, Wachjudi Martono, Direktur DEWA, merinci, investasi pengadaan alat dan mesin pada tahun ini akan mencapai US$ 51,9 juta. "Sementara, komponen akan mencapai US$ 50,2 juta dan pembangunan infrastruktur sekitar US$ 6,9 juta," kata dia.

Dia menerangkan, pihaknya berencana membeli tujuh unit mesin yang akan berfungsi untuk mendukung kegiatan produksi. Adapun harga tiap unit tersebut diperkirakan mencapai US$ 2,1 juta. Itu artinya, total dana untuk pembelian 7 unit mesin tersebut berkisar US$ 15 juta.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×