kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kedelai penyumbang terbesar defisit pangan


Selasa, 14 Oktober 2014 / 13:04 WIB
Kedelai penyumbang terbesar defisit pangan
ILUSTRASI. pt Harum Energy energi tbk HRUM


Reporter: Mona Tobing | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kebutuhan pangan yang tinggi membuat impor pangan masih akan menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan pada tahun ini. Walau impor beras menurun, namun penurunan produksi jagung dan kedelai membuat impor pangan melonjak. Bahkan impor kedelai menjadi penyumbang terbesar dalam defisit neraca perdagangan pertanian.

Pada semester satu 2014, volume ekspor pangan mencapai 148.031 ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 82,865 juta. Sementara volume impornya mencapai 6,9 juta ton dengan nilai impor US$ 2,77 miliar. Tanaman pangan menjadi penyumbang defisit neraca perdagangan terbesar yang volumenya mencapai 6,75 ton dengan nilai US$ 2,68 juta.

Pada sektor tanaman pangan, kedelai menjadi penyumbang terbesar. Seperti diketahui, swasembada kedelai yang dicanangkan tahun ini mencapai 2,7 juta ton gagal ditengah jalan. Malah harus direvisi hingga tiga kali dan saat ini menjadi 1 juta ton. 

Sementara beras dinilai cukup aman karena produksinya tiap tahun mengalami tren kenaikan. Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim swasembada beras masih bisa dilanjutkan, namun diharapkan dalam tiga bulan ini produksi tidak rontok karena cuaca yang kering.

PLT Dirjen Tanaman Pangan Kemtan Haryono mengatakan, tanaman pangan masih menyumbang defisit neraca perdagangan selama kedelai masih impor. Tidak mudah untuk menekan defisit pada tanaman pangan jika Kemtan berjalan sendiri. Kementan hanya berkontribusi 30% terhadap peningkatan produksi. Sisanya dibangun oleh Kementerian lain.

Selain itu ada enam persoalan yang dihadapi Kementan dan petani dalam mendorong produksi. Pertama, kendala lahan. Kedua, minimnya infrastruktur terutama akses pelabuhan. Ketiga, jaringan irigasi sawah. Keempat, kurangnya gudang logistik. Terakhir, kordinasi antara kementerian yang belum sejalan.

"Paling sulit meningkatkan produksi kedelai. Sebab, petani kedelai masih belum dapat diidentifikasi berapa banyaknya. Sentra kedelai juga belum ada baru akan dibangun di Aceh," papar Haryono pada Senin (13/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×