kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemtan : Program bantuan pangan non tunai jadi salah satu pemicu kenaikan harga telur


Senin, 16 Juli 2018 / 16:14 WIB
Kemtan : Program bantuan pangan non tunai jadi salah satu pemicu kenaikan harga telur
ILUSTRASI. Inflasi bahan pokok


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga telur ayam ras terus melambung dalam beberapa waktu terakhir. Harga telur di tingkat peternak bahkan sempat mencapai Rp 25.000 per kilogram (kg).

Meski begitu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan) I Ketut Diarmita memastikan tidak ada kekurangan telur hingga Juni ini. Produksi telur Januari-Mei 2018 mencapai 733.421 ton, sementara kebutuhan telur Januari - Mei 2018 sebanyak 722.508 ton. Dengan begitu, surplus produksi telur dari Januari sampai Mei sekitar 10.913 ton.

Sementara, produksi telur Juni 2018 sebanyak 153.450 ton dan kebutuhan telur di Juni sebanyak 151.166 ton. Bila dihitung, terdapat surplus telur pada Juni sebanyak 2.284 ton.

“Total surplus telur sampai bulan Juni 2018 adalah 13.197 ton. Kesimpulannya, tidak ada kekurangan produksi telur sampai Juni 2018,” ujar I Ketut Diarmita dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Senin (16/7).

Peningkatan harga ini diakibatkan oleh beberapa faktor. Pertama, ada lonjakan kebutuhan telur nasional karena adanya Program Kementerian Sosial tentang Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) dalam bentuk satu kilogram telur per keluarga miskin. 

Pemerintah DKI Jakarta juga memberikan bantuan berupa telur bagi warga DKI dengan menggunakan KJP.

“Akibat kedua Program tersebut pasokan telur dari sentra produksi telur seperti dari peternak Blitar ke Jabodetabek yang semula satu rit, saat ini bisa 3-4 rit, ini baru dari satu peternak,” ujar I Ketut.

Faktor kedua adalah harga daging yang membaik saat lebaran. Baiknya harga ini membuat banyak peternak melakukan afkir dini terhadap ayam petelur, yang nantinya daging tersebut akan dijual.

Larangan penggunaan antibiotic growth prometer (AGP) juga memicu kenaikan harga telur. Pasalnya, banyak peternak yang melakukan substitusi pengganti untuk pemakaian AGP. 

Selain itu, munculnya penyakit koksi juga berpengaruh signifikan pada penurunan produksi. Permintaan ayam dan telur ras juga meningkat karena adanya acara pesta dan liburan panjang.

Menurut Ketut, sebagai langkah lanjutan, pemerintah akan segera melakukan penghitungan ulang prognosa kebutuhan telur dan ayam ras dan mengkaji kembali harga acuan telur dan ayam ras tingkat produsen dan konsumen, dengan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×