kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Hasnur Grup selama empat tahun terakhir cukup mengilap


Rabu, 15 Agustus 2018 / 23:25 WIB
Kinerja Hasnur Grup selama empat tahun terakhir cukup mengilap
ILUSTRASI. Anak usaha Hasnur Group akan IPO


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Hasnur grup sepanjang empat tahun belakangan ini cukup mengesankan. Dari sisi top line maupun bottom line mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pada akhir tahun 2015, Hasnur Grup membukukan pendapatan sebesar Rp1,6 triliun. Di akhir tahun 2016, jumlah tersebut naik menjadi Rp 1,7 triliun.

Hasnur Group kemudian membukukan pendapatan kenaikan pendapatan sebesar Rp 1,9 triliun pada tahun 2017. Pada tahun 2018 ini ditargetkan mampu mencapai Rp 2,5 triliun.

Kinerja yang bagus dari sisi top line, ikut mendongkrak kenaikan laba bersih Hasnur Group. Pada akhir tahun 2015, Hasnur Group membukukan laba bersih sebesar Rp 100 miliar. Di akhir tahun 2016, jumlah tersebut naik menjadi Rp 200 juta.

Pada akhir tahun 2017, Hasnur Grup membukukan kenaikan laba bersih menjadi Rp 350 miliar. Dan di tahun 2018 ditargetkan mampu naik mencapai Rp 400 miliar.

Direktur Keuangan PT Hasnur Citra Terpadu dan PT Barito Putera Plantation Syamsul Bachri Djadi mengatakan kinerja ciamik yang dialami oleh Hasnur Group ditopang oleh produksi dan penjualan batubara.

"Harus kami akui sektor batubara hingga saat ini memberikan sumbangan paling besar yakni 90%. Kami terus fokus ke pengembangan logistik dan infrastruktur batubara karena kami memang punya portofolio batubara yang masih cukup banyak yaitu sekitar 200 juta metrik ton ," jelasnya, Rabu (15/8).

Ia bilang produksi batubara dari Hasnur Group saat ini masih diekspor ke negara-negara seperti India, China, Vietnam dan Spanyol.

Namun, Syamsul juga mempertimbangkan ke depan soal siklus bisnis batubara tersebut, karena mengingat negara-negara seperti Jepang maupun Korea Selatan sudah melakukan switching energi ke natural gas sehingga ekspor batubara ke sana mulai berkurang.

Selain itu kalau dari dalam negeri pihaknya masih terkendala dengan proyek 35.000 megawatt pemerintah yang belum sepenuhnya terealisasi.

"Seandainya proyek ini sudah berjalan, maka otomatis akan menguntungkan kami karena tentu akan membutuhkan banyak serapan energi dari batubara," tandasnya.

Meskipun demikian, Syamsul bilang pihaknya tidak hanya terpusat pada sektor batubara tapi terus mengembangkan sektor lain seperti perkebunan kelapa sawit maupun industri kayu olahan yang diyakini kelak akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×