kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

KRAS ingin bisnis non baja mengeras


Senin, 09 Januari 2017 / 07:40 WIB
KRAS ingin bisnis non baja mengeras


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk bakal mengantongi pendapatan non baja lebih besar pada tahun 2017. Hal itu seiring beroperasinya sejumlah proyek bisnis non baja yang mereka kembangkan. Paling dekat adalah jadwal operasional dermaga 7.3 di Pelabuhan Cigading, Banten dalam satu bulan hingga dua bulan lagi.

Direktur Keuangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Tambok P. Setyawati bilang, pelabuhan jasa bongkar muat material curah itu berkapasitas 2,5 juta ton. Pembangunan dermaga 7.3 berada di bawah PT Krakatau Bandar Samudera, anak usaha Krakatau Steel yang menjalankan bisnis jasa pelabuhan.

Kehadiran dermaga 7.3 bakal menggenapi total kapasitas dermaga Krakatau Bandar menjadi 25 juta ton pada tahun ini. Asal tahu, semula Krakatau Steel berencana mengoperasikan dermaga 7.3 pada bulan ini.

"Karena cuaca buruk dan gelombang tinggi, sehingga menganggu proses pembangunan," terang Dadang Danusiri, Direktur Pemasaran PT Krakatau Steel (Persero) Tbk saat dihubungi KONTAN, Minggu (8/1).

Menyusul bisnis pelabuhan, ada bisnis bahan baku pembuatan semen yakni grinded blast furnace slag. Sebelumnya, Krakatau Steel dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk bikin kongsi berupa perusahaan patungan bernama PT Krakatau Semen Indonesia.

Persentase kepemilikan saham keduanya sama besar, yakni masing-masing 50%. Kedua perusahaan lantas membangun pabrik grinded blast furnace slag berkapasitas 750.000 ton per tahun.

Target rampung pembangunan pabrik pada Mei 2017. Tak perlu repot memasarkan karena Semen Indonesia akan menyerap semua hasil produksi. Kalaupun ada sisa produksi yang tak terserap, Semen Indonesia akan menjual kepada pihak ketiga.

Meski hitung-hitungan bisnis sudah di tangan, Krakatau Steel belum akan menikmati kontribusi penuh tahun ini. Perusahaan berkode saham KRAS di Bursa Efek Indonesia itu memperkirakan, kontribusi maksimal Krakatau Semen baru akan terasa tahun 2018. Sampai dengan saat itu, pabrik akan melewati fase tes produksi. Kontribusi 20%-30%

Selain dua bisnis non baja tadi, ada pula bisnis air melalui anak perusahaan Krakatau Steel yang bernama PT Krakatau Tirta Industri. Tahun ini Krakatau Tirta berencana memperbesar kapasitas Danau Cipasauran, Banten sebesar 600 liter air per detik.

Kapasitas danau itu kini 1.800 liter air per detik. Manajemen Krakatau Steel menyebutkan, ada ratusan perusahaan lain yang menggunakan air industri Danau Cipasauran. Dua di antaranya adalah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan PT Mitsubishi Chemical Indonesia.

Pasca meningkatkan kapasitas Danau Cipasauran, Krakatau Steel akan membangun bendungan dengan kapasitas 750 liter air-800 liter air per detik. Namun, target operasional bendungan adalah tahun 2019. Krakatau Steel yakin, bisnis jasa pelabuhan dan air akan berkontribusi signifikan bagi bisnis non baja.

"Total pendapatan non baja tahun ini bisa dari 20% sampai 30% dari total pendapatan keseluruhan," prediksi Tambok.

Sebagai gambaran, pendapatan bisnis baja lokal dan ekspor per 30 September 2016 tercatat US$ 816,88 juta atau 83,16% terhadap total penjualan. Dus, kontribusi bisnis non baja adalah 16,84%. Di samping aneka bisnis non baja yang siap berkontribusi, Krakatau Steel juga menyiapkan bisnis lahan industri.

Melalui PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, mereka mengakuisisi lahan seluas 500 hektare (ha) di Anyer, Banten. Dalam paparan publik, manajemen perusahaan menyebutkan, dana investasi akuisisi lahan antara Rp 700 miliar sampai Rp 750 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×