kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menelisik performa BUMN karya


Minggu, 10 Juni 2018 / 19:14 WIB
Menelisik performa BUMN karya
ILUSTRASI. PT Waskita Karya Tbk WSKT


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian kontrak baru perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sepanjang empat bulan pertama tahun ini cukup beragam. Sebagian masih tumbuh, tetapi sebagian lagi masih minim jika dibandingkan dari target tahunan. Kendati begitu, sebagian besar BUMN Karya tersebut masih optimistis bisa mencatatkan kinerja yang postif tahun ini.

PT PP Tbk (PTPP) adalah salah satu BUMN Karya yang capaian kontrak barunya cukup bagus. Perusahaan telah berhasil meraup Rp 11,3 triliun sepanjang Januari hingga April 2018 atau 23% dari target perusahaan tahun ini. Ini meningkat 25% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 9 triliun.

Capaian kontrak anyar itu terdiri dari kontrak baru induk sebesar Rp 8,95 triliun dan anak usaha sebesar Rp 2,37 triliun. Proyek BUMN mendominasi perolehan kontrak baru itu dengan kontribusi Rp 5,93 triliun atau 47,64%, disusul oleh swasta Rp 5,03 triliun atau 44,4% dan proyek APBN Rp 897 miliar atau 7,92%.

Lalu ada PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) yang telah mencatatkan Rp 11,27 triliun hingga minggu ketiga April 2018 atau 20% dari target tahun ini. 

Proyek BUMN berkontribusi 54%, salah satunya berasal dari pembangunan jalan layang Teluk Lamong yang diinisiasi PT Pelabuhan Indonesia III. Sementara proyek swasta menyumbang 36.29%, dan sisanya 9,40% berasal dari proyek pemerintah.

Sementara PT Adhi Karya Tbk (ADHI) membukukan kontrak baru sebesar Rp 3,8 triliun dalam empat bulan pertama tahun ini atau 16,3% dari target Rp 23,3 triliun. Proyek pemerintah menyumbang kontribusi 11,4%, proyek BUMN 43,2% dan swasta 45,4%. 

Untuk tipe pekerjaan, Kontrak anyar tersebut terdiri atas proyek gedung sebanyak 71,3%, proyek jalan dan jembatan 17,3% dan proyek infrastruktur lainnya 11,4%.

Capaian PT Waskita Karya Tbk (WSKT) lebih minim lagi yaitu baru Rp 4,2 triliun atau setara 6% dari Rp 70 triliun target perusahaan. Sebagian besar pencapaian tersebut masih ditopang oleh anak usahanya yaitu PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) dan didominasi dari proyek infrastruktur.

Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2017, pencapaian WSKT ini mengalami perlambatan. Kuartal I-2017 saja, perusahaan telah berhasil mencatatkan kontrak anyar Rp 11,65 triliun.

Harris Gunawan, Direktur Keuangan WSKT mengatakan, rendahnya capaian tersebut karena tahun ini perusahaan belum mendapatkan tol baru. "Tahun lalu, kontrak baru kita banyak ditopang dari jalan tol yang mulai kita bangun dan semua tol yang kita punya sudah terkontrak. Sementara tahun kecil karena inisiasi kontrak tol baru belum ada," jelas Harris pada Kontan.co.id, Rabu (6/6).

Saat ini, Waskita sedang menghitung ulang semua target-target yang sudah ditetapkan tahun ini. Kendati begitu, Harris tidak secara spesifik menyebutkan akan merevisi turun target kontrak barunya. Hanya yang jelas, kata Harris fokus perusahan saat ini adalah membenahi keuangan perusahaan terlebih dahulu rasio keuangan mereka dengan melakukan strukturisasi utang.

Menurutnya, saat ini banyak investasi jangka panjang WSKT didanai dengan utang jangka pendek. Padahal idealnya, investasi jangka panjang harus didanai dengan utang jangka panjang juga. "Dulu kami tidak begitu karena prosesnya belum jalan sehingga investasi jangka panjang kami banyak dibiayai kredit jangka pendek. Ini tidak sehat. Ini lagi kami hitung untuk di-refinancing," katanya.

Sementara PTPP masih cukup optimistis target kontrak baru yang ditetapkan perusahaan Rp 49 triliun akan tercapai. Pasalnya, masih banyak tender-tender proyek yang diikuti perusahaan. "Kita masih optimistis. Capaian di Mei juga cukup besar tetapi belum bisa kita update sekarang," kata Agus Samuel Kana, Sekretaris Perusahaan PTPP pada Kontan.co.id, Kamis (7/6).

Sementara sebelumnya, Lukman Hidayat Direktur Utama PTPP mengatakan, pihaknya telah mendapatkan kontrak baru dari proyek Pelabuhan Patimban senilai Rp 1,02 triliun (termasuk PPN) pada Mei 2018 lalu. Proyek Patimban ini dimenangkan oleh lima kontraktor dimana tiga diantaranya adalah perusahaan Jepang dengan porsi 70% dan dua lagi Kontraktor karya yakni PTPP denagn porsi 18% dan Wika 12%.

Kondisi arus kas bukan isu negatif

Banyak pihak mengkhawatirkan keuangan BUMN Karya setelah di kuartal I hampir semua mencatakan arus kas negatif kecuali Adhi Karya. Namun, kontraktor-kontraktor pelat merah menilai apa yang dikhawatirkan sejumlah pengamat bukanlah isu krusial. Pasalnya, kas di tangan mereka masih cukup besar dan rasio utangnya juga dinilai masih cukup terjaga.

Direktur Utama WIKA Tumiyana mengatakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan tidak cukup hanya melihat pertumbuhan utangnya tetapi juga harus membandingkan dengan pertumbuhan ekuitasnya. "Dengan utang yang tumbuh, ini artinya kita tidak malas tetapi aktif ekpansi yang akan jadi sumber pertumbuhan ke depan," katanya.

Senada, Bintang Perbowo, Direktur Utama PT Hutama Karya mengatakan, dalam memandang kondisi perusahaan jangan hanya melihat sisi utang saja tetapi juga dari sisi aset dan future capital ."Kalau kita dalam membangun, kalau modal kurang pasti berutang. Kenaikan utang itu akan sama dengan kenaikan penjualan dan aset. Jadi itu sebagai sebuah usah yang normal. Dalam berutang kami juga tetap melihat rambu-rambu yang ada," kata Bintang.

Sementara Harris Gunawan menekankan bahwa kondisi keuangan Waskita Karya tidak benar berdarah-darah. Sebab dari Rp 70 triliun fasilitas kredit yang diperoleh perusahaan baru terpakai Rp 49 triliun. Disamping itu, perusahaan juga masih memiliki piutang sebesar Rp 26 triliun yang terdiri dari proyek LRT Palembang Rp 9 triliun, proyek turnkey lainnya Rp 10,5 triliun dan dana talangan lahan Rp 6,7 triliun.

Waskita akan menerima pembaayaran dari proyek LRT Palembang Rp 4 triliun pada pertengahan Juli 2018 mendatang lantaran sudah dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018. "Sekitar Rp 4 triliun dari Rp 9 triliun proyek LRT kemungkinan akan masuk Juli 2018," kata Harris.

Oleh karena itu, Harris menilai dengan adanya tambahan pembayaran tersebut maka cash flow perusahaan akan bertambah. Dengan piutang Rp 26 triliun, perusahaan masih cukup kuat untuk mendanai capex tahun ini yang dianggarkan Rp 28 triliun.

Sedangkan buat Adhi Karya, arus kas tidak menjadi masalah. Perseroan merupakan satu-satunya BUMN karya yang mencatatkan arus kas positif dari aktivitas operasi. Itu karena ditopang oleh pembayaran tahap pertama proyek LRT Jabodetabek sebesar Rp 3,8 triliun untuk progres pekerjaan sampai Sepertember 2017. "Kami sedang mengajukan tagihan Rp 1,5 triliun untuk progres pekerjaan sampai Desember 2017 dan sekarang masih dievaluasi BPKP." kata Budi Harto, Direktur Utama ADHI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×