kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minat swasta berinvestasi di jalan tol semakin meningkat


Kamis, 17 Mei 2018 / 22:04 WIB
Minat swasta berinvestasi di jalan tol semakin meningkat
ILUSTRASI. PEMBANGUNAN TOL DESARI


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat swasta untuk terlibat berinvestasi di proyek jalan tol terus tumbuh meskipun saat ini konsesi jalan bebas hambatan memang masih didominasi perusahaan pelat merah.

AstraInfra misalnya, berkomitmen untuk terus menambah panjang konsesinya. Sejauh ini, perusahaan ini baru memiliki enam ruas jalan tol dengan panjang 350 kilometer (km) dan hingga tahun tahun 2020 ditargetkan akan mencapai 500 km. Untuk mencapai target itu, AstraInfra terbuka untuk mengikuti tender proyek tol baru atau mengakuisisi proyek tol yang sedang berjalan dan beroperasi.

Salah satu tol yang sedang diinisiasi anak usaha dari Astra Group ini adalah tol akses Kertajadi yang akan terhubung ke tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang sudah dimiliki perusahaan saat ini. Panjangnya diperkiran sekitar 5 km. "Desainya sedang diperiksa BPJT saat ini. Rencananya, tol tersebut akan mulai dibangun tahun ini," kata Wiwiek D Santoso pada Kontan.co.id, Kamis (17/5).

Menurut Wiwiek, tantangan sektor swasta masuk ke bisnis tol saat ini adalah investasinya besar dan butuh waktu jangka panjang. Sementara ketersediaan dana di perbankan saat ini juga terbatas. Meski begitu, investasi di jalan tol menurutnya tetap akan berjalan karena tetap saja ada investor yang tidak terkendala dari sisi keuangan.

Selain AstraInfra, masih ada perusahaan swasta lain yang juga berminat berinvetasi di jalan tol. Perusahan-perusahaan itu memilih untuk bengkongsi dengan perusahaan BUMN.

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) misalnya berencana memprakarsai dua jalan tol dengan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta. Kedua jalan tol tersebut adalah Serang-Maja dan Tol Bandung Utara (Bandung Intra Urban Toll Road/BIUTR).

Untuk Tol Bandung Utara, WIKA akan berkongsi dengan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Marga Utama Nusantara (anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk/META) dengan kepemilikan saham masing-masing 60%, 20% dan 20%.

Puspita Anggraeni, Sekretaris Perusahaan WIKA mengatakan, pihaknya bersama anggota konsorsium sedang menyusun perkiraan nilai konstruksinya bersama dengan Wika Beton. "Dan akan mengirimkan surat pemrakarsa ke Kementerian PUPR," ungkap Puspita.

Sementara dengan untuk Serang-Maja, WIKA akan berkongsi dengan PT Hanson International Tbk (MYRX). Namun, hingga saat ini progres rencana prakarsa tersebut masih belum berkembang.

Saat dikonfirmasi ke Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure atas keterlibatan perusahaan dalam rencana pengembangan tol Bandung Utara, dia mengaku belum dapat informasi terbaru. "Saya belum update soal ini," ujarnya.

Namun perlu diketahui, META memang akan semakin agresif melakukan ekspansi bisnis tol setelah resmi dikendalikan oleh Metro Pasific Investment Corporation (MPIC) lewat PT Metro Pasifik Tolways Indonesia pada November 2017 lalu.

META akan menyiapkan dana sekitar Rp 9 triliun- Rp 10 triliun hingga tahun 2018 untuk pengembangan bisnis di jalan bebas hambatan. Sekitar Rp 2,5 triliun dari anggaran tersebut akan dipakai untuk menggarap proyek Tol Layang AP. Pettarani sepanjang 4,3 kilometer (km). Ini merupakan penambahan lingkup dari tol Ujung Pandang Seksi III dan pembangunannya sudah dimulai sejak Oktober 2017.

Sementara sisanya akan digunakan META untuk mengincar sekitar 4 ruas jalan tol tahun ini dimana dua diantaranya ada di Jabodabek dan dua lagi ada di luar Pulau Jawa. Sebelumnya, Muhammad Ramdani Basri, Direktur Utama META mengatakan, dari empat yang dibidik ada dua yang akan diprakarsai oleh perusahaan.

META saat ini tercatat telah menguasai tiga ruas tol melalui anak usahanya PT Margautama Nusantara (MUN) yakni PT Bintaro Serpong Damai (BSD) sepanjang 7,25 km, PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) 5,95 km dan PT Jalan Tol Seksi Empat (JTSE) sepanjang 11,57 km yang berlokasi di Makassar.

Di samping META, Summarecon dan Hanson, ada juga PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) yang berminat untuk masuk berinvestasi di jalan tol. Perusahaan ini juga akan berkongsi dengan perusahaan pelat merah yaitu PT Jasa Marga Tbk (JSMR) menginisiasi pembangunan tol Subang-Patimban.

Hadi Winarto Christanto, Direktur Utama Nusa Raya Cipta mengatakan, rencana pembangunan tol Subang-Patimban tersebut masih terus berjalan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). "Proyek itu baru akan mulai masuk pra kualifikasi setelah lebaran tahun ini," katanya baru-baru ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×