kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Oppo Indonesia: TKDN 35% terkendala hadrware


Senin, 08 Januari 2018 / 21:15 WIB
Oppo Indonesia: TKDN 35% terkendala hadrware


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Oppo Indonesia mengklaim siap dalam menyambut aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang ditargetkan sebesar 35% pada tahun 2019. Kendati begitu, dia menilai aturan tersebut belum mendapat dukungan dari pemerintah melalui pembentukan ekosistem hardware.

Aryo Meidianto, PR Manager Oppo Indonesia mengatakan, saat ini tingkat TKDN Oppo sudah di atas 30%. Bahkan, salah satu produk Oppo sudah tembus 31,6% yaitu Oppo F5.

Tak hanya itu, Aryo menyebut, Oppo Indonesia sudah memiliki pabrik di daerah Tangerang. "Pabrik tersebut pabrik kedua terbesar di luar China," ujar Aryo saat dihubungi KONTAN.co.id, Senin (8/1).

Menurutnya, kapasitas produksi pabrik tersebut sudah mencapai 28 lini produksi dan sudah beroperasi 100%. Aryo juga mengklaim Oppo Indonesia sebagai salah satu dari tiga produsen yang membangun dan memiliki pabrik di Indonesia.

Dengan luas pabrik sebesar 2,7 hektare dan 28 lini produksi, Aryo mengatakan bahwa pihaknya belum berencana untuk melakukan perluasan pabrik. "Selama ini pabrik yang ada sudah mencukupi kebutuhan kami. Lagipula ini pabrik besar bentuknya," ungkap Aryo.

Adapun, kapasitas produksi pabrik tersebut sebanyak 1 juta unit per bulan.

Ketika ditanya mengenai strategi lain untuk memenuhi TKDN sebesar 35%, Aryo menyebut bahwa selama ini perusahaan masih mengambil beberapa komponen lokal untuk pengemasan produk, perakitan adaptor, USB, buku informasi dan hal-hal lain yang masuk dalam pengemasan. Pasalnya, ekosistem hardware yang ada saat ini menurutnya belum terbentuk.

"Permasalahan di smartphone adalah ekosistem hadware yang belum terbentuk," kata Aryo.

Menurutnya, kebijakan TKDN 35% itu masih terkendala oleh belum terbentuknya ekosistem hardware di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×