kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan melimpah, harga ayam turun


Senin, 06 Februari 2012 / 07:30 WIB
Pasokan melimpah, harga ayam turun
ILUSTRASI. Area Umbul Besuki merupakan area hijau khas pedesaan yang terus dikembangkan. Dok: Instagram?Umbul Besuki


Reporter: Muhammad Yazid, Handoyo | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga ayam mulai turun setelah melejit tinggi sepanjang Januari 2012. Penurunan harga ayam ini, baik di tingkat peternak maupun eceran, akibat banyak peternak ayam yang menambah kapasitas produksi.

Data Kementerian Perdagangan (Kemdag) per 3 Februari 2012, menunjukkan, rata-rata harga daging ayam broiler secara nasional di tingkat konsumen mencapai Rp 26.633 per kilogram (kg). Harga itu lebih rendah 3,2% dibanding dengan rata-rata harga ayam selama Januari 2012 yang mencapai Rp 27.535 per kg.

Achmad Dawami, Senior Vice President Head Of Broiler Division PT Ciomas Adisatwa, menjelaskan, sejak awal Februari sampai sekarang, harga ayam broiler di tingkat on farm hanya turun tipis. "Penurunan ini wajar karena saat harga ayam naik, banyak perusahaan pembibitan ayam broiler menambah kapasitas produksi," ungkap Achmad kepada KONTAN, Minggu (5/2).

Menurut Achmad, Ciomas saat ini menjual ayam broiler hidup dengan harga Rp 12.000 per kg, lebih rendah dibanding rata-rata Januari lalu yang mencapai Rp 14.000 per kg. Achmad yakin, penurunan harga ayam broiler bukan karena pengaruh musim apalagi karena penurunan permintaan daging ayam di masyarakat.

Momentum usai

Namun, lain lagi catatan Pusat Informasi Pasar (Pinsar) Asosiasi Peternak Unggas se-Indonesia. Setelah harganya naik pada 6 Januari 2012 dari Rp 16.800 menjadi Rp 17.700 per ekor, harga ayam tak berubah lagi sampai 2 Februari lalu.

Sekadar gambaran, Ciomas adalah salah satu perusahaan peternakan ayam broiler skala besar. Tahun 2011, produksi ayam broiler anak perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) ini berkisar 120 juta hingga 130 juta ekor ayam. Tahun ini, Ciomas bakal menaikkan produksi ayam menjadi sekitar 135 juta-150 juta ekor.

Kenaikan harga daging ayam pada awal tahun ini telah memacu Ciomas untuk meningkatkan produksi ayam broiler. Untuk mencapai target tersebut, Ciomas bakal menambah sekitar 300 sampai 400 mitra peternak plasma di seluruh Indonesia. Penambahan mitra dianggap lebih efisien dan murah dibanding dengan perluasan lahan peternakan sendiri.

Dengan penambahan ini, sampai akhir 2012 nanti, jumlah peternak plasma Ciomas mencapai sebanyak 4.300 sampai 4.400 mitra. Dari seluruh jumlah peternak plasma tersebut, sebanyak 88% memproduksi ayam pedaging. Dengan kebutuhan daging ayam broiler nasional yang mencapai 1,5 miliar ekor, Ciomas menyuplai sekitar 10%-12%.

Ciomas menjadi salah satu perusahaan unggulan Japfa Comfeed. Selain Ciomas, Japfa memiliki anak usaha lain yaitu PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk, PT Vaksindo Satwa Nusantara, PT Santosa Agrindo, dan PT Suri Tani Pemuka.

Ruri Sarosono, Sekjen Gabungan Organisasi Peternak Ayam (Gopan), mengatakan, penurunan harga ayam broiler terjadi lantaran momentum Imlek dan liburan telah selesai. "Momentumnya sudah lewat, jadi pada awal bulan ini harga ayam cenderung menurun," katanya.

Dia mengakui, pasokan daging ayam masih sangat stabil bahkan cenderung mengalami peningkatan. Namun, berbeda dengan Januari yang permintaannya naik, memasuki Februari ini permintaan daging ayam tidak terlalu banyak. Sedangkan pasokan ayam broiler hidup tetap banyak di tingkat pedagang.

Dengan harga yang relatif stabil, sektor bisnis peternakan ayam broiler dinilai masih punya masa depan. Apalagi melihat konsumsi daging ayam dalam negeri yang masih rendah, yakni rata-rata 7 kg per kapita per tahun. Bandingkan dengan konsumsi daging ayam masyarakat Malaysia yang mencapai 36 kg per kapita per tahun. Tahun 2012, konsumsi daging ayam secara nasional ditaksir 9 kg-10 kg per kapita per tahun.

Melihat kebutuhan daging ayam yang terus meningkat, pemerintah tahun ini juga akan mulai melakukan restrukturisasi usaha pembibitan ayam, terutama untuk bibit ayam broiler alias grand parent stock (GPS).

Abubakar, Direktur Perbibitan Ternak Kementerian Pertanian, mengatakan, sampai saat ini 100% GPS masih impor. "Kami khawatirkan jika suatu saat GPS tidak boleh impor maka kita kesulitan," ujarnya. Untuk itu, pemerintah akan terus mengurangi ketergantungan impor GPS dengan menyediakan bantuan pembiayaan dan menyiapkan sertifikasi bibit broiler.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×