Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Keinginan pemerintah memutuskan nasib pengelolaan Blok Mahakam di Kalimantan Timur sebelum semester pertama 2016 terancam gagal. Negosiasi pembagian saham atau share down antara Pertamina dengan Total E&P Indonesie dan Inpex tak kunjung menemukan titik temu.
"Kami lebih fokus melakukan alih kelola Blok Mahakam awal 2018 ketimbang share down," tandas Syamsu Alam, Direktur Hulu Pertamina.
Usut punya usut, alotnya perundingan lantaran Total dan Inpex tak bersepakat atas nilai pembagian saham 30% ke pengelola salah satu ladang gas terbesar di Indonesia ini.
Ada dua skema penetapan 30% share down Blok Mahakam. Pertama, berdasarkan aset Mahakam per 31 Desember 2015 yang sebesar US$ 4,79 miliar. Jika ini yang menjadi dasar, maka Total dan Inpex harus membayar US$ 1,437 miliar.
Kedua, dengan hitungan aset Blok Mahakam per 31 Desember 2017 yang diproyeksi susut menjadi US$ 3,45 miliar, maka Total dan Inpex harus mengeluarkan dana US$ 1,035 miliar.
Sayangnya, Usman Slamet, Senior Manager Communication & Relations Inpex serta Vice President Human Resources Total E&P Indonesie Arividya Novianto enggan menjawab pertanyaan KONTAN soal ini.
Kompak mereka hanya berharap proses negosiasi share down dengan Pertamina segera kelar.
Pengamat Migas John Karamoy mencium gelagat bahwa, Total EP dan Inpex keberatan share down ini. "Mana mau, mereka yang menemukan, harus bayar juga," kata dia.
Elan Biantoro, juru bicara Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan, share down ke Total dan Inpex tak bisa gratis. "Harga dihitung lewat hitungan bisnis," tandas Elan.
Adapun, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja berharap, Pertamina segera memastikan nasib operator lama. "Ini penting agar produksi gas tak terganggu," ujar Wiratmaja.
Jika Pertamina bisa mengelola sendiri, kata Wiratmaja, pemerintah juga tak keberatan, sepanjang Pertamina mampu menjamin produksi gas di Blok Mahakam. "Pembagian share down-nya bisa kapan saja," ujar dia.
Risikonya, jika Total dan Inpex masuk saat Pertamina berhasil memproduksi Blok Mahakam sesuai target, harga pembagian saham farm in bisa lebih mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News