kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Pertumbuhan gedung tinggi yang meningkat bisa sebabkan oversupply


Minggu, 11 Februari 2018 / 13:08 WIB
Pengamat: Pertumbuhan gedung tinggi yang meningkat bisa sebabkan oversupply
ILUSTRASI. Asuransi Barang Milik Negara


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Skyscraper Center mencatat Jakarta sebagai salah satu kota yang memiliki jumlah gedung pencakar langit cukup banyak di Asia. Kendati begitu, pengamat properti menilai hal tersebut akan memicu terjadinya oversupply.

Senior Director Office Services Colliers, Bagus Adikusumo mengatakan semakin meningkatnya jumlah highrise building disebabkan oleh harga tanah yang sudah sangat tinggi dan kemungkinan akan adanya kenaikkan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sekitar 10 hingga 13 kali.

Bagus menilai, rata-rata pertumbuhan jumlah gedung dari tahun 2001-2004 ke tahun 2015-2020 cukup besar, yakni mencapai 50%. "Artinya, dulu orang bangun gedung luasnya sekitar 30.000 hingga 50.000 meter persegi untuk satu gedung. Kalau sekarang antara 70.000 sampai 100.000 meter persegi," ujar Bagus saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (10/2).

Kondisi tersebut, menurut Bagus akan menyebabkan oversupply lantaran permintaan gedung menurun tetapi suplai gedung cukup banyak. Lebih lanjut dia bilang, banyaknya gedung-gedung bertingkat di Jakarta selama ini masih didominasi oleh gedung-gedung perkantoran.

"Kita merasakan adanya kenaikkan permintaan kantor sejak kuartal IV/2017. Tingkat kepercayaan diri perusahaan semakin tinggi, tetapi suplai terlalu banyak sehingga sulit diimbangi oleh permintaan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×