kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek infrastruktur berkah industri besi baja


Jumat, 19 Desember 2014 / 09:55 WIB
Proyek infrastruktur berkah industri besi baja


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Pasar baja nasional berpotensi tumbuh 8%-11% tahun 2015 dari realisasi tahun ini. Industri ini berharap berkah dari proyek infrastruktur yang dirancang pemerintah.

Irvan Kamal Hakim, Chairman Indonesia Iron and Steel Industries Association (IISIA) bilang, rencana pemerintah menggelontorkan dana proyek infrastruktur sekitar Rp 200 triliun–Rp 400 triliun merupakan kabar baik yang disambut industri baja. "Kami berharap, dana itu segera cair dan dibelanjakan untuk membeli baja dalam negeri, bukan impor," kata Irvan Irvan pada KONTAN, Selasa (16/12).

Dalam hitungan IISIA, permintaan baja nasional tahun 2015 bisa mencapai 15,2 juta ton - 15,62 juta ton. Angka itu naik jika dibandingkan proyeksi realisasi penjualan baja nasional tahun ini sebanyak 14,08 juta ton.

Optimisme pertumbuhan pasar baja nasional bisa tercapai jika kondisi Indonesia dalam keadaan aman. Istilah aman yang dimaksud Irvan adalah, tidak adanya gejolak politik plus nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga stabil..

Untuk memenuhi kebutuhan baja proyek infrastruktur ini, industri baja nasional telah mempersiapkan pabrik berkapasitas 10 juta ton per tahun. Irvan bilang, kapasitas terpasang pabrik baja di Indonesia, saat ini baru mencapai 6 juta ton–7 juta ton setahun.

Selain dari industri baja dalam negeri, pasar baja nasional juga akan diramaikan baja impor dari China, Korea Selatan dan Jepang. Selain baja untuk konstruksi dan infrastruktur, produk baja yang diimpor adalah baja untuk kebutuhan industri otomotif.

Memang, kehadiran baja impor ini membuat persaingan pasar baja makin sengit. Apalagi, ada importir baja yang diduga sengaja melakukan dumping harga atau menjual bajanya lebih murah di Indonesia ketimbang di negara asalnya. Sementara itu, tarif bea masuk impor baja ke Indonesia terbilang kecil, hanya 0%-5%. "Ibaratnya, pagar itu kurang tinggi," jelas Irvan.

Harga bijih besi turun

Bagi industri, penurunan harga bahan baku merupakan kabar baik. Penurunan harga bahan baku berupa bijih besi ini juga sampai ke meja industri baja. Mengacu data Bloomberg tanggal 17 Desember 2014, harga bijih besi US$ 83,74 per metrik ton. Angka ini turun 40,5% ketimbang harga bijih besi periode yang sama tahun lalu senilai US$ 140,69 per metrik ton.

Namun, penurunan harga pembelian bahan baku tak otomatis langsung menurunkan harga jual produk baja. Apalagi, penurunan harga jual bijih besi terjadi saat rupiah melemah atas nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).

Selain itu, penurunan harga bahan baku bijih besi tak seiring dengan biaya produksi yang justru naik. "Soal harga jual ditentukan kondisi pasar, yang banyak produk impor," terang Irvan.

Untuk diketahui saja, penurunan harga bijih besi dunia terjadi karena turunnya permintaan dari China. Namun alih-alih mengurangi produksi, produsen baja di China justru mempertahankan produksinya, agar kinerja perusahaannya tetap hijau.

Keputusan perusahaan baja China untuk berproduksi itu membuat pasokan baja dunia menjadi berlebihan. Kondisi inilah yang mengganggu harga baja dunia. Maklum, China adalah eksportir baja terbesar dunia, termasuk ekspor ke Indonesia.                                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×