Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penurunan tren harga bijih besi sebagai bahan baku produksi baja tidak serta merta menurunkan harga jual baja. Pasalnya harga jual baja ditentukan oleh pasar.
Irvan Kamal Hakim, Chairman Indonesia Iron and Steel Industries Association (IISIA) Imengatakan penurunan harga bijih besi tersebut tidak membuat industri baja serta merta mengurangi harga jualnya. "Pasalnya ongkos dengan harga jual adalah dua hal yang berbeda," ujar Irvan pada KONTAN, Selasa (16/12) lalu.
Mengutip data Bloomberg, harga bijih besi per tanggal 17 Desember adalah US$ 83,74 per metrik ton. Harga tersebut menurun 40,47% dari harga awal tahun (year to date) yang sebesar US$ 140,69 per metrik ton.
Meski harga bahan baku baja turun, tapi harga jual ditentukan oleh keadaan pasar. "Ongkos memang di tangan perusahaan, tapi harga jual yang menentukan itu pasar," ujar Irvan.
Harga baja tengah jeblok lantaran Cina dan dunia mengalami perlambatan ekonomi sehingga permintaan baja juga menurun. Namun alih-alih mengurangi produksi seperti halnya permintaan, produsen baja Tiongkok masih terus memproduksi dengan kapasitas sewajarnya ekonomi tidak melambat.
Alhasil terjadi kelebihan pasokan baja di dunia. Harga baja pun jadi anjlok, karena pasokan lebih banyak dari permintaan. Adapun baja-baja Tiongkok itu masuk dan membanjiri Indonesia, sehingga baja produksi dalam negeri harus bersaing ketat.
Karena terjadi pasokan berlebih sementara permintaan menurun, maka harga baja jeblok. Ketika harga jual menjadi turun karena pasar, maka penurunan ongkos produksi dari penurunan harga bahan baku menjadi hal yang berbeda.
Merujuk Bloomberg, harga jual steel rebar pada 17 Desember, adalah US$ 409,84 per metrik ton
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News