kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek setrum di perbatasan Timor Leste


Jumat, 18 Agustus 2017 / 13:18 WIB
Proyek setrum di perbatasan Timor Leste


Reporter: Azis Husaini | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - Target Presiden Joko Widodo melistriki Indonesia terus berjalan. Sebagai pengembang tugas, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan, 1.200 desa di seluruh Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat teraliri listrik di akhir tahun 2018.

Bila berhasil menerangi desa sebanyak itu, artinya persoalan 40% desa yang belum mendapatkan aliran setrum di seluruh Indonesia selesai.

Saat Presiden Joko Widodo berkunjung ke Kupang Desember 2016 lalu, Presiden ingin seluruh desa di NTT mendapat listrik pada 2018. Jika sebelumnya proyek listrik dari kota ke desa perbatasan, kini sebaliknya sumber listrik berasal dari desa perbatasan ke kota.

PLN melakoni konsep ini di NTT. Salah satu desa yang menjadi target di NTT adalah di Kecamatan Mutis, Kabupaten Timor Tengah Utara

Kecamatan tersebut memiliki empat desa. Adapun desa terdekat dengan Timor Leste adalah Desa Naekake. Jarak desa ini ke wilayah Timor Leste hanya 10 kilometer (km).

Warga di Naekeke kini sudah bisa membusungkan dada dihadapan warga desa di Timor Leste yang masih gelap gulita. Desa mereka kini sudah mulai mendapatkan aliran listrik nonstop 24 jam sejak Februari 2016 lalu. Sebelumnya pada Agustus 2015 listrik hanya bisa menyala 12 jam.

Avelinda Obe (27 tahun) mengatakan, dirinya adalah orang pertama yang mendapat listrik dari PLN. Biasanya dia menggunakan pelita atau penerangan yang terbuat dari kaleng berisi minyak tanah.

"Kehadiran listrik dua tahun terakhir di desa Naekake sangat penting untuk keluarga," katanya, Rabu (16/8).

Dengan memakai listrik, Avelinda dapat menghemat keuangan keluarga. Maklum, suaminya hanya petani lahan kering. Sementara dirinya hanya bekerja sebagai pengrajin kain tenun.

"Dulu satu bulan keluarga kami harus mengeluarkan uang sebesar Rp 75.000 per bulan untuk pelita. Sekarang dengan adanya listrik, kami hanya menyisihkan Rp 25.000 membeli token listrik untuk tiga bulan," ungkap Avelinda.

Direktur Human Capital Management PLN Muhammad Ali menyatakan, sejak Februari 2016 desa yang berada di pegunungan karang ini telah menikmati aliran listrik yang disuplai dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Naekake dengan total kapasitas 414 kilowatt (KW).

Untuk bahan bakar, setiap bulan PLTD Naekake membutuhkan sembilan ton solar dengan beban biaya operasional pembangkit mencapai Rp 150 juta. Saat ini, sebanyak 472 pelanggan telah menikmati aliran listrik yang disuplai oleh PLN.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 85% penduduk di Naekake merupakan pelanggan subsidi 450 VA dengan harga Rp 415 perkWh. Sementara itu biaya pokok produksi di Naekake mencapai Rp 8.000 per Kwh.

Biaya pokok produksi itu memang tinggi. "Tapi kami menyadari, listrik yang baik akan membantu warga dapat membangun dan meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan listrik yang andal, anak-anak bisa belajar serta perekonomian mulai menggeliat, untuk itulah penyediaan listrik untuk warga yang utama" terang Ali.

Sejumlah kendala juga kerap dihadapi dalam penyediaan listrik di Naekake, terutama masalah transportasi yang harus melintasi sungai. Jika air sungai meluap, bahan bakar tidak bisa masuk ke PLTD. PLN sudah mengantisipasi, dengan menyimpan tambahan bahan bakar untuk tiga bulan ke depan.

Selain Desa Naekake di Kecamatan Mutis, PLN tengah membangun infrastruktur kelistrikan di dua desa, yakni Noelilo dan Tasinifu.

"Progres di lapangan telah menunjukkan, perkembangan yang menggembirakan, kami yakin di awal Desember 2017, semua desa di Kecamatan Mutis bisa menyala" ungkap Ali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×