kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

RI butuh dana Rp 7 triliun untuk beli cadangan BBM


Selasa, 22 Maret 2016 / 16:20 WIB
RI butuh dana Rp 7 triliun untuk beli cadangan BBM


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dikky Setiawan

PRABUMULIH. Momentum penurunan harga minyak dunia membuat pemerintah ingin segera memiliki cadangan penyangga bahan bakar minyak (bbm) hingga 30 hari.

Saat ini, Indonesia belum memiliki cadangan penyangga. Padahal, cadangan penyangga penting untuk menjamin ketersediaan pasokan BBM.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, I.G.N Wiratmaja Puja mengatakan, untuk mencapai target cadangan penyangga selama 30 hari tersebut dibutuhkan sekitar 45 juta barel minyak dalam bentuk BBM dan crude. 

Kebutuhan pasokan tersebut sebagian akan didapat dari pasokan BBM dan crude dalam negeri milik kontraktor kontrak kerjasama (KKKS).

Pemerintah telah mengidentifikasi sejumlah tangki crude dan BBM di dalam negeri yang bisa dijadikan cadangan penyangga. Terdapat 1,5 juta barel crude dan 10,6 juta barel BBM di dalam negeri yang bisa digunakan pada tahun ini.

Namun niat mulia pemerintah ini masih terhalang masalah pendanaan. Maklum, untuk membeli pasokan crude dan BBM sebanyak itu memang dibutuhkan dana yang besar. Wiratmaja menyebut untuk membeli 10,6 juta barel BBM saja dibutuhkan dana sebesar Rp 7 triliun.

"Pendanaannya itu yang sedang dibahas. Kalau kami sih mengusulkannya dari APBN atau PNBP,"kata Wiratmaja pada Minggu (20/3).

Sambil menunggu kejelasan pendanaan untuk membeli BBM dan crude dari dalam negeri, pemerintah juga sedang merayu sejumlah negara eksportir minyak seperti Iran, Kuwait, dan Arab Saudi untuk bekerjasama memasok bbm dan crude untuk cadangan penyangga. 

Ada dua skema yang ditawarkan pemerintah. Pertama, negara eksportir minyak menaruh terlebih dahulu pasokan BBM dan crude di tangki di dalam negeri untuk kemudian dibayar ketika akan diambil untuk memenuhi kebutuhan BBM dan crude di dalam negeri. Dengan begini, cadangan BBM dan crude di Indonesia akan naik.

Namun, hingga saat ini tangki minyak untuk bbm dan crude masih sangat kurang di Indonesia. Untuk itu pemerintah menawarkan skema lainnya, yaitu pemerintah membeli BBM dan crude dari negara-negara eksportir minyak yang disimpan di negara tersebut. Ini sampai Indonesia nantinya memiliki tangki minyak yang mencukupi untuk menyimpan cadangan penyangga di dalam negeri.

Dari diskusi dengan negara tersebut, Wiratmaja mendapatkan sinyal positif dari Iran dan Arab Saudi. "Iran dan Arab saudi menyatakan ketertarikannya. Arab Saudi bahkan berencana menaruh crude disini, nantinya jika kita akan mengambil crude baru kita membayar," ujar Wiratmaja.

Di sisi lain, ntuk merealisasikan rencana cadangan penyangga ini pemerintah mengundang investor untuk menbangun tangki bbm dan crude di dalam negeri sehingga negara ekaportir minyak bisa menyimpan bbm dan crude di dalam negeri. 

"Keterlibatan swasta sangat ditunggu. Beberapa swasta juga tertarik, tapi tidak untuk membeli BBM. Swasta itu mebangun tangki-tangkinya,"kata Wiratmaja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×