kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Smelter baru masih di atas kertas


Selasa, 11 Juli 2017 / 06:20 WIB
Smelter baru masih di atas kertas


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah banyak memberikan kelonggaran rekomendasi ekspor mineral mentah. Namun, Kementerian ESDM mencatat belum ada laporan baru dari Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang memproses pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian  mineral (smelter) selesai di tahun 2017.

Bahkan, perusahaan yang telah melaporkan rencana pembangunan smelter masih sebatas komitmen membangun, guna mendapatkan rekomendasi ekspor mineral mentah. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral  (ESDM) Bambang Gatot Ariyono membenarkan.

Misalnya, PT Fajar Bakti Lintas Nusantara yang akan membangun smelter di Pulau Gebe, Maluku Utara. "Yang laporan tahun ini belum ada lagi. Ada IUP yang baru mengajukan, itu yang di Pulau Gebe, Maluku Utara," ungkap Bambang, di Gedung DPR pada Senin (10/7).

Ia menambahkan, terdapat dua perusahaan yang tercatat masih dalam proses akan membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian. Perusahaan itu adalah PT Dinamika Sejahtera Mandiri, yang akan membangun smelter bauksit di Kalimatan Barat berkapasitas 7 juta ton ore bauksit per tahun. Serta PT Ceria Nugraha Indotama di Sulawesi Tenggara berkapasitas 5 juta ton nikel per tahun.

Sayang, Bambang tidak bisa memberikan data yang lengkap mengenai pembangunan smelter itu. "Belum bisa pastikan kapan bisa diselesaikan tahun ini, karena mereka yang membangun," ungkapnya.

Bukan soal harga

Bambang juga membantah, bila pembangunan smelter nikel tidak berjalan  akibat faktor harga nikel yang anjlok akibat adanya ekspor mineral mentah. "Kalau dilihat dari list, mereka belum selesai 100% pembangunannya. Itu kebanyakan Izin Usaha Industri (IUI). Jadi setelah kita teliti sebagian besar memang belum selesai pembangunannya," ungkapnya.

Ketua Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Ladjiman Damanik menyebutkan, pada tahun 2017 akan ada penambahan pabrik pengolahan dan pemurnian untuk komoditas nikel. Direncanakan sebanyak 32 smelter nikel dapat beroperasi tahun ini. "Sekarang operasi enam smelter nikel. Nanti bertambah lagi 26. Total ada 32 kurang lebih," ungkapnya kepada KONTAN, Senin (10/7).

Dengan beroperasinya 26 smelter nikel, kapasitas produksi nikel yang sudah diolah bertambah. Berdasarkan data APNI, saat ini total produksi nasional masih berkisar antara 300.000 ton per tahun-400.000 ton per tahun. "Saya proyeksikan jika 26 pabrik tuntas, paling tidak 1 juta ton per tahun," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×