kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tanpa kendali, 30 tahun lagi kita impor batubara


Rabu, 21 Maret 2012 / 09:50 WIB
Tanpa kendali, 30 tahun lagi kita impor batubara
ILUSTRASI. Promo Hypermart weekday 23-25 Maret 2021 menawarkan produk-produk kebutuhan harian. Dok: Instagram Hypermart


Reporter: Petrus Dabu | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Rencana pemerintah untuk membatasi ekspor batubara tentu bukan tanpa alasan. Indonesia saat ini memang telah menjadi negara pengekspor batubara terbesar kedua setelah Australia. Namun, tanpa upaya pengendalaian produksi, kelak Indonesia akan menjadi negara pengimpor batubara. Pasalnya, Indonesia bukanlah negara dengan cadangan batubara terbesar di dunia.

Data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM menunjukkan, cadangan batubara Indonesia sebesar 28 miliar ton atau hanya 3,3% dari cadangan batubara dunia yang mencapai 826 miliar ton. Pada 1998 produksi batubara Indonesia hanya 61.3 juta ton dan meningkat secara spektakuler menjadi 240 juta ton dalam kurun waktu sepuluh tahun. Mengancik 2011 lalu, produksi batubara sudah mencapai 329 juta ton.

Fakta lainnya, sekitar 78% batubara Indonesia diekspor. Tahun lalu, ekspor batubara mencapai 248 juta ton. Menurut data Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) mayoritas ekspor ke China dan India, yang mencapai 80 juta ton, masing-masing 40 juta ton.

Australia memiliki cadangan batubara sebesar 76 miliar ton dengan tingkat produksi 409 juta ton per tahun atau 6% dari total produksi batubara dunia yang mencapai 6,9 miliar ton per tahun.

Wakil Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Hersonyo P. Wibowo mengatakan, saat ini pemerintah melalui Dewan Energi Nasional sedang mengkaji upaya untuk menekan produksi batubara nasional. "Kita menunggu dari Dewan Energi Nasional," ujar Hersonyo kepada KONTAN di Jakarta, Selasa (20/3).

Menurut Hersonyo, pengendalian batubara mutlak dilakukan karena batubara bukanlah komoditas ekonomi biasa tetapi merupakan sumber energi yang perlu diatur penggunananya. Kata dia, dengan cadangan batubara Indonesia sebanyak 28 miliar ton saat ini, dalam waktu tidak sampai 30 tahun ke depan, cadangan batubara Indonesia akan habis.

"Kalau kita lihat cadangan China dan India, mereka punya cadangan yang besar, tapi mereka justru lebih banyak mengimpor batubara, sedangkan kita malah jor-joran ekspor, "ujarnya.

Eksplorasi berlebih

Sebagai gambaran, China saat ini memiliki cadangan batubara sebesar 115 miliar ton dengan tingkat produksi sebesar 3 miliar ton per tahun atau 44% dari produksi dunia. Sementara China mengekspor batubara hanya sebesar 21 juta ton atau 2% dari total ekspor batubara dunia yang mencapai 910 juta ton.

Demikian juga dengan India. Negeri ini memiliki cadangan batubara sebanyak 59 miliar ton dengan tingkat produksi 521 juta ton per tahun atau 8% dari total produksi dunia.

Hersonyo menambahkan, kebijakan domestic market obligation atau kewajiban pasok dalam negeri bukanlah upaya pengendalian, tetapi hanya upaya untuk mengamankan pasokan batubara untuk kebutuhan di dalam negeri saat ini.

Sedangkan kebijakan pengendalian adalah upaya mengamanakan kebutuhan batubara di masa yang akan datang. “Kita harus punya mekanisme untuk membatasi produksi. Kita semua sepakat untuk mengendalikan produksi batubara,” tandasnya.

Dia bilang, saat ini pemerintah melalui Kementerian ESDM memang sedang mengkaji aturan larangan ekspor batubara kalori di bawah 5.100 kkal per kg dan di bawah 5.700 kkal per kg. Aturan inimerupakan bagian dari upaya untuk mengendalikan produksi dan ekspor batubara nasional. “Aturan ini memang masih wacana. Kemarin kita juga sudah minta Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara di Bandung, tapi belum selesai,” ujar Hersonyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×