kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.567.000   7.000   0,45%
  • USD/IDR 15.703   0,00   0,00%
  • IDX 7.574   4,17   0,06%
  • KOMPAS100 1.170   -1,95   -0,17%
  • LQ45 921   -3,22   -0,35%
  • ISSI 231   0,26   0,11%
  • IDX30 474   -2,28   -0,48%
  • IDXHIDIV20 568   -1,28   -0,23%
  • IDX80 133   -0,19   -0,14%
  • IDXV30 141   0,91   0,65%
  • IDXQ30 158   -0,72   -0,45%

Virus corona ikut kerek Harga Batubara Acuan di Februari 2020 jadi US$ 66,89 per ton


Selasa, 04 Februari 2020 / 18:27 WIB
Virus corona ikut kerek Harga Batubara Acuan di Februari 2020 jadi US$ 66,89 per ton
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang,Sumatera Selatan, Rabu (15/1/2020). Harga batubara yang tercermin dalam Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2020 naik dibanding terkerek virus corona di China. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara yang tercermin dalam Harga Batubara Acuan (HBA) Februari 2020 naik tipis dibanding HBA Januari. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok HBA Februari sebesar US$ 66,89 per ton.

Angka itu naik 1,45% dibandingkan HBA Januari yang ada di angka US$ 65,93 per ton. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengungkapkan, kondisi pasar global masih menjadi faktor dominan.

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) fokus selesaikan proyek PLTU di tahun ini

China, masih memegang peranan besar. Menurut Agung, kenaikan HBA dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan batubara dari tambang di Negeri Tirai Bambu tersebut. Hal itu terjadi setelah libur Tahun Baru Imlek dan juga terpengaruh oleh merebaknya wabah virus corona.

"Naiknya HBA Februari dipengaruhi oleh berkurangnya pasokan batubara dari tambang di China setelah libur Imlek dan adanya penyebaran virus (corona)," kata Agung, Selasa (4/2).

Di sisi lain, terjadi juga penurunan produksi batubara dari Australia lantaran bencana kebakaran hutan di Negeri Kanguru itu. "Sementara itu permintaan batubara meningkat selama musim dingin di China, Jepang dan Korea Selatan," sambung Agung.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan, penguatan HBA terjadi lantaran meningkatnya permintaan akibat musim dingin. Di sisi lain, pasokan dari negara eksportir seperti Indonesia belum maksimal karena faktor curah hujan.

Baca Juga: Berniat akuisisi, ABM Investama kaji tambang batubara potensial di seluruh Indonesia

Sementara itu, pasokan dari negara eksportir lainnya seperti Australia juga mengalami gangguan. Kondisi ini, kata Hendra, mendorong penguatan harga.

"Biasanya musim dingin tren demand meningkat, kemudian supply belum maksimal karena faktor curah hujan, dan di Australia kemarin gangguan bush fire," kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/2).




TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×