kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,60   -12,89   -1.40%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Philips tak terjepit impor LHE


Rabu, 27 Oktober 2010 / 08:00 WIB
Philips tak terjepit impor LHE
ILUSTRASI. Hotel dan Restoran PLATARAN Group


Reporter: Gloria Haraito |

JAKARTA. PT Philips Indonesia tak merasa tingginya impor lampu hemat energi (LHE) menjepit bisnisnya. Pasalnya, pertumbuhan konsumsi lampu di Indonesia terus tumbuh dua digit saban tahun, yakni setidaknya 10%. Di pasar global, industri ini tumbuh 7-9% per tahun. Dus, ceruk ini masih menganga lebar.

Tingginya konsumsi lampu di Indonesia ini mendorong produksi lampu Philips mencapai lebih dari 500 miliar unit tahun ini atau tumbuh 10% dari tahun lalu. Menurut Rob Fletcher, Presiden Direktur Philips Indonesia, peningkatan produksi ini dicapai karena tahun lalu Philips menggelontorkan investasi senilai US$ 20 juta untuk menambah produksi lampu T5, T8, dan jenis lampu lainnya.

"Kami tidak terpengaruh dengan banyaknya lampu impor karena pasarnya sendiri berkembang," terang Hendra Rusmana, Kepala Komersial Gaya Hidup Konsumer Philips.

Sepanjang Januari-September 2010, total impor lampu hemat energi (LHE) mencapai 112 juta unit. Sementara itu, produksi LHE lokal mencapai 30 juta unit. Tingginya impor LHE ini dipicu oleh bea masuk 0% sesuai kesepakatan Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Di Indonesia, Philips memimpin pasar lampu dengan pangsa pasar sekitar 40%. Populasi penduduk yang besar membuat Philips Indonesia menjadi menjadi penyumbang terbesar ketiga bagi pendapatan induk usaha, Royal Philips Electronics. Tahun lalu, Royal Philips meraup pendapatan sebesar 23 miliar euro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×