Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Produksi timah batangan pada tahun ini diproyeksikan bakal turun sekitar 8% hingga 10% dibandingkan realisasi tahun 2014 sebesar 71.151 ton.
Jabin Sufianto, Ketua Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) mengatakan, pihaknya memproyeksikan produksi timah pada tahun ini hanya akan mencapai sekitar 65.000 ton.
"Selain karena anjloknya harga, perubahan kebijakan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/2014 juga turut mempengaruhi turunnya produksi ekspor timah," ujarnya saat dihubungi KONTAN, Selasa (10/3).
Asal tahu saja, dalam Permendag Nomor 44/2014, pemerintah menggolongkan produk timah menjadi empat jenis, yaitu timah murni batangan dengan kandungan stannum (Sn) minimal 99,9%, timah murni bukan batangan dengan kandungan Sn paling rendah 99,93%, timah solder dengan kandungan Sn paling tinggi 99,7%, serta timah paduan bukan solder dengan kandungan Sn maksimal 96%.
Nah, Perusahaan yang hendak mengekspor timah murni batangan harus mengantongi izin eksportir terdaftar (ET)-Timah Murni Batangan dan wajib digelar lewat bursa berjangka. Sedangkan untuk eskpor produk timah murni bukan batangan, timah solder, serta timah paduan bukan solder harus memiliki ET-Timah Industri dan boleh diekspor tanpa lewat bursa berjangka.
Di mana, pengusaha wajib menyesuaikan pemberlakuan ET-Timah yang baru ini paling lambat 1 Maret 2015 ini. Namun, "Member kami dengan jumlah anggota mencapai 19 perusahaan tentu dapat menyesuaikan aturan ini," kata dia.
Sementara, Agung Nugroho, Corporate Secretary PT Timah Tbk mengatakan, pada tahun ini perusahaannya tetap mematok produksi sesuai dengan rencana tahun lalu. "Kami tetap merencanakan produksi sekitar 27.000 ton hingga 30.000 ton," kata dia.
Sepanjang 2014 lalu, Timah mencatatkan produksi logam timah batangan mencapai 27.550 ton. Jumlah tersebut naik 16,15% dibandingkan realisasi volume produksi tahun sebelumnya sebesar 23.718 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News