Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu bidang yang terkena disrupsi ekonomi adalah ritel. Kondisi ini membuat peritel yang bergabung Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) telah bertransformasi bisnis.
Yakni dari offline menjadi online. Apalagi pebisnis yang tergabung dalam Aprindo sudah banyak, ada 600 anggota dengan total ada 36.000 toko atau gerai.
"Sudah hampir 90% anggota Aprindo bertransformasi tidak cuma toko fisik tapi juga menambah toko online," ungkap Roy N Mandey, Ketua Umum Aprindo kepada KONTAN, Kamis (11/1).
Ini artinya, masih ada 10% anggota Aprindo atau setidaknya 60 pebisnis yang belum go online. Kebanyakan di daerah yang masih nyaman dengan kondisi bisnis toko fisik.
Meski online sudah mengganggu bisnis ritel, tapi Roy mengklaim disrupsi ekonomi yang terjadi di bisnis ritel tidak terlalu menohok. Ia hitung cuma memakan 1,4% saja dari total pasar industri ritel offline secara nasional di tahun 2017. Sedangkan di tahun 2016 masih 0,72%. Namun untuk tahun ini, disrupsi ekonomi dari sektor e-commerce bisa mencapai 2-2,5%. "Artinya, pertumbuhan e-commerce memang signifikan sekali per tahunnya," tuturnya
Sepanjang 2017 Roy juga menyatakan industri ritel makanan dan minuman konsisten tumbuh 7-8% lantaran kebutuhan primer. Begitupun di 2018, masih akan konsisten di kisaran 7-8%. “Jadi produk food masih signifikani,” tukas Roy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News