Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Sejumlah pabrikan rokok elektrik asing melirik potensi investasi di Indonesia. Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto mengungkapkan, sebanyak lebih dari 10 perusahaan rokok elektrik luar negeri berniat membenamkan modal asing untuk membangun atau merelokasi fasilitas produksinya ke Indonesia.
Sebagian di antaranya diperkirakan akan merealisasikan niatan investasinya di sisa tahun berjalan 2022 ini.
“Saya rasa enggak nyampai 10 lah, mungkin 5 sampai sekian lah yang akan rilis (investasi di Indonesia) di (sisa) tahun (2022) ini,” kata Aryo saat ditemui usai acara penandatanganan Pakta Integritas pelaku industri produk tembakau alternatif, Senin (18/7).
Penanaman modal asing oleh sejumlah perusahaan rokok elektrik asing yang disebut Aryo, jika jadi direalisasi, bakal menambah daftar perusahaan rokok elektrik yang masuk ke Indonesia.
Mengutip pemberitaan Kompas.com, sebelumnya perusahaan rokok elektrik asal China, PT Smoore Technologi Indonesia sudah menegaskan komitmennya untuk membangun pabrik di Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) Bangun Pabrik Rokok Bebas Asap Mulai Tahun Ini
Peresmian pembangunan pabrik tersebut sudah dilakukan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia pada 30 Juni 2022 silam. Pabrik yang nantinya bakal menjadi pabrik ke-14 Smoore International tersebut bakal dibangun di atas lahan seluas 6 hektar dengan rencana investasi senilai US$ 80 juta alias Rp 1,12 triliun.
Belum ketahuan nama-nama perusahaan yang selanjutnya berniat menyusul Smoore untuk membenamkan investasinya di Indonesia. Aryo berdalih belum bisa merinci informasinya secara terperinci lantaran belum ada informasi resmi yang dipublikasikan oleh perusahaan. Yang terang, kebanyakan dari perusahaan tersebut, menurut Aryo, berasal dari China.
Skala industrinya beragam, mulai dari skala kecil, menengah, hingga perusahaan-perusahaan skala besar yang menempati posisi 20 besar perusahaan rokok elektrik di China. Selain karena potensi/prospek pasar rokok elektrik Indonesia ke depan yang dinilai menjanjikan, faktor regulasi pemerintah di Negeri Tirai Bambu juga diduga turut berperan dalam mendorong minat investasi perusahaan rokok elektrik China di Indonesia.
“Regulasi di China ini kurang begitu baik untuk produsen (rokok elektrik). Untuk produsen ini di tahun ini ada regulasi tambahan untuk menyulitkan para produsen di China. Nah itu sebenarnya jadi peluang untuk Indonesia, perusahaan-perusahaan yang tidak bisa survive bisa relokasi ke sini, dan mereka yang sebenarnya survive juga mereka melihat potensi yang besar di Indonesia,” papar Aryo.
Baca Juga: Krisis, Presiden Sri Lanka Desak Vladimir Putin Kirimkan Bahan Bakar ke Negaranya
Aryo tidak merinci informasi rencana investasi dari tiap-tiap perusahaan rokok elektrik yang ingin masuk ke Indonesia, sebab sebagian di antaranya masih mengkaji opsi-opsi investasi yang ada, yakni apakah mereka mau merelokasi penuh rantai fasilitas produksinya (full assembly) ke Indonesia atau hanya sebagiannya saja.
Hanya saja, menurut perkiraan Aryo, angka investasi yang masuk dari satu perusahaan bisa saja melebihi Rp 1 triliun namun bisa juga kurang dari jumlah itu, tergantung rencana investasi dari masing-masing perusahaan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News