kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada corona, produksi batubara Indonesia hanya capai 510 juta ton hingga November


Minggu, 20 Desember 2020 / 06:53 WIB
Ada corona, produksi batubara Indonesia hanya capai 510 juta ton hingga November
ILUSTRASI. pekerja menunjukan bongkahan batu bara. Kontan/Panji Indra


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menekan pasar dan harga batubara. Kondisi itu berdampak terhadap realisasi produksi komoditas emas hitam tersebut. Produksi batubara nasional pun anjlok 11% pada periode 11 bulan awal tahun ini.

Analis Kebijakan Madya Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Dodik Ariyanto membeberkan, produksi batubara nasional hingga November 2020 mencapai 510 juta ton. Capaian tersebut sebenarnya sudah 93%, atau mendekati target produksi batubara nasional 2020 yang sebesar 550 juta ton.

Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, realisasi produksi sampai November itu turun 11% dibandingkan capaian produksi pada periode yang sama tahun lalu, yang saat itu mencapai 570 juta ton.

Baca Juga: Lewat proyek migas, Banyu Urip berkontribusi Rp 2,18 triliun untuk daerah

"Pandemi covid-19 yang terjadi hampir selama 10 bulan ini telah berpengaruh cukup besar terhadap produksi batubara nasional kita. Proyeksi tahun ini kita masih mengharapkan bahwa realisasi produksi sampai Desember itu bisa mencapai 550 juta ton," ujar Dodik dalam Indonesia Mining Outlook yang digelar beberapa hari lalu.

Dia menguraikan, paling tidak ada tiga faktor yang menyebabkan penurunan produksi dibandingkan tahun lalu. Ketiganya terjadi sebagai dampak pandemi covid-19. Pertama, permintaan atau konsumsi batubara mengalami penurunan.

Kedua, terjadi penurunan harga batubara. Ketiga, adanya keterbatasan akses atau mobilitas karyawan maupun logistik perusahaan pertambangan selama pandemi.

Kata Dodik, perusahaan yang paling terdampak adalah mereka yang memproduksi batubara dengan kualitas kalori batubara di bawah 4.000 kkal dan tidak mempunyai kontrak jangka panjang. Akibatnya, produksi pun dikurangi bahkan sempat berhenti.

Baca Juga: Chevron bersiap mengebor sumur minyak lagi di Blok Rokan

"Karena perusahaan tersebut umumnya biaya produksinya tidak bisa mengimbangi harga batubara yang saat ini turun dibanding tahun sebelumnya," pungkas Dodik.

Merujuk data dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM, per 10 Desember 2020, realisasi produksi batubara sebesar 514,20 juta ton. Dari realisasi tersebut, sebanyak 218,17 juta ton dipasok ke pasar ekspor. Sedangkan 108,45 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri atau Domestik Market Obligation (DMO).

Selanjutnya: BMN hulu migas sumbang PNBP Rp 191,4 miliar hingga Kuartal III 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×