Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) memutuskan merevisi target penjualan di tahun 2020. Hingga tutup tahun nanti, SIDO yang dikenal melalui produk Tolak Angin ini memproyeksikan penjualan akan cenderung flat.
Artinya, penjualan SIDO diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan penjualan SIDO yang tercatat sebesar Rp 3,07 triliun di sepanjang tahun 2019 lalu. Padahal, sebelumnya SIDO sempat menargetkan pertumbuhan penjualan double digit minimal 10% dibanding tahun lalu.
Keputusan untuk memangkas target penjualan hasil analisis dampak dan risiko bisnis akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang dilakukan oleh perusahaan. Direktur Keuangan SIDO, Leonard menyebutkan bahwa pandemi corona yang mewabah berpotensi menekan penjualan ekspor SIDO tahun ini.
Baca Juga: Kuartal I-2020, Sido Muncul (SIDO) kantongi penjualan Rp 730,72 miliar
Pasalnya, imbas dari pandemi corona terhadap kinerja penjualan ekspor SIDO sudah mulai terasa di tiga bulan pertama. Menurut catatan Leonard, penjualan ekspor SIDO di tiga bulan pertama tahun ini sudah mengalami penurunan hingga lebih dari 50% dibandingkan periode yang sama.
Hal disebabkan oleh adanya penerapan keijakan lockdown di sejumlah negara yang menjadi sasaran ekspor SIDO seperti Filipina, Malaysia, dan Nigeria. Maklum saja, ketiga negara tersebut merupakan tiga negara penyumbang terbesar pendapatan ekspor SIDO dengan porsi kontribusi sekitar 90% total penjualan ekspor perusahaan.
Alhasil, realisasi total penjualan SIDO sepanjang Januari - Maret 2020 hanya naik tipis sekitar 2,38% yoy menjadi Rp 730,71 miliar. Sebelumnya, penjualan SIDO tercatat dari semula Rp 713,67 miliar di kuartal I 2019. Seiring dengan hal ini, porsi kontribusi penjualan ekspor dalam total penjualan SIDO juga menyusut menjadi 2% dari semula sekitar 5%.
“Laju pertumbuhan domestik harus tertahan oleh pelemahan penjualan ekspor,” kata Leonard kepada Kontan.co.id pada Selasa (21/4).
Meski begitu, Leonard masih optimistis bisa membukukan pertumbuhan laba bersih, meski hanya single digit dari laba bersih tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp 807,68 miliar.
Untuk mengejar realisasi target pertumbuhan single digit pada sisi laba bersih, SIDO akan terus berupaya meningkatkan efisiensi untuk menekan biaya hingga tutup tahun nanti. Salah satu cara yang dilakukan di antaranya yakni adalah dengan mengurangi pengeluaran untuk biaya promosi dan iklan.
Selain itu, efisiensi biaya juga akan dilakukan dengan menekan biaya produksi di setiap segmen penjualan yang ada dengan cara membeli bahan baku dengan harga yang lebih kompetitif.
“Bahan baku sudah kami amankan untuk empat bulan ke depan dengan harga yang bagus,” kata Leonard.
Untuk menunjang kinerja laba bersih, upaya efisiensi biaya juga akan dibarengi oleh upaya untuk menjaga kinerja penjualan domestik dengan cara menjaga ketersediaan produk di pasar serta mengeluarkan berbagai produk baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen di pasar.
Baca Juga: Tekan biaya produksi, laba Sido Muncul (SIDO) tumbuh 10,85% di kuartal I 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News