kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada tiga pilar dukungan pemerintah untuk industri


Kamis, 19 September 2013 / 16:32 WIB
Ada tiga pilar dukungan pemerintah untuk industri
ILUSTRASI. Penjualan produk makanan ringan kemasan pada supermarket di Jakarta. Rekomendasi Saham ICBP dan UNVR di Tengah Pulihnya Kinerja Emiten Konsumer


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pengembangan industri dalam negeri merupakan salah satu agenda penting pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.

Karena itu, ada tiga pilar utama dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri nasional. Hal itu diungkapkan  Boediono saat meresmikan Indonesia International Motor Show (IIMS) ke-21 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Kamis (19/9).

Wapres menekankan, sejalan dengan kebijakan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, dalam konsep industrialisasi Indonesia, pemerintah bertumpu pada tiga hal.

"Yang pertama adalah konsep peningkatan nilai tambah di mana Indonesia mulai menegakkan aturan di mana ekspor barang mentah dihindari," tutur Wapres.

Boediono menambahkan, proses untuk menjadikan suatu produk dari barang mentah menjadi bahan baku atau barang jadi tersebut yang disebut sebagai hilirisasi. Jadi, produk yang dihasilkan bukan hanya barang mentah saja, tapi sudah ditingkatkan mutunya sehingga berdaya nilai tinggi.

Selain hilirisasi, kata Wapres, ada juga huluisasi yakni sebuah industri berkembang mulai dari hilir bergerak ke hulu. Hal itu sama dengan industri otomotif yang terus merangkak berkembang mulai dari industri suku cadang, bengkel dan akhirnya nantinya mampu membuat produk utamanya.

Kedua, pemerintah berkomitmen memaksimalkan dampaknya di dalam negeri atau yang sering disebut multiplier effect.

Dari segi struktur industri, menurut Boediono, industri otomotif termasuk industri yang paling banyak rantai dan akarnya dalam menumbuhkan industri-industri penunjang dan banyak menyerap tenaga kerja.

Ketiga, posisi Indonesia dalam rantai suplai global atau global supply chain. Di sini, Indonesia memeliki peluang yang cukup besar untuk membangun jaringan global.

"Misalnya dalam membuat komponen X, kini trennya tidak lagi terbatas pada produsen satu negara saja. Hal ini tidak bisa dilalaikan", ujar Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut.

Industri otomotif nasional masih stabil

Proses tersebut mendorong pemerintah membuka kawasan ekonomi khusus, zona special dan lainnya demi menjadi bagian dari jaringan global tersebut. Hal serupa juga dilakukan industri otomotif dimana Indonesia berpeluang besar menjadi produsen otomotif di pasar global.

Profesor dari Universitas Gadjah Mada ini meminta agar industri otomotif juga ikut memikirkan ketiga pilar tersebut. “Jangan hanya memikirkan penjualan saja, tapi saya minta insan-insan industri otomotif menjadi tulang punggung industrialisasi negeri,” kata Boediono.

Sementara, Ketua penyelenggara IIMS 2013, Johnny Dharmawan mengatakan, sebagai pameran otomotif berskala internasional, IIMS merupakan salah satu kegiatan terbesar di Asia Tenggara sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1986.

Meski kondisi perekonomian dalam dan luar negeri melambat, saat ini industri otomotif nasional masih cukup stabil dengan produksi 1.065.000 unit pada tahun 2012. Pada periode Januari-Juli 2013 saja terjual tak kurang dari 694.000 unit kendaraan bermotor.

Seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat, permintaan akan kendaraan roda empat pada periode Januari hingga Juli 2013 di Indonesia mencapai 1.016.000 unit atau sekitar 32% dari pasar kendaraan di Asia.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang rata-rata mencapai 6% lima tahun terakhir, maka ia optimistis industri otomotif Indonesia bisa jadi terbesar di Asia Tenggara dalam waktu tidak lama lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×