kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Adaro beralih jadi perusahaan setrum


Senin, 30 Januari 2017 / 09:50 WIB
Adaro beralih jadi perusahaan setrum


Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk berencana memutar haluan bisnis. Tadinya emiten yang di Bursa Efek Indonesia berkode ADRO ini merupakan perusahaan pertambangan batubara. Nah, kini ADRO akan mengubah fokus bisnisnya ke independent power producer (IPP) atau perusahaan listrik swasta.

Presiden Direktur Adaro Garibaldi Thohir menyatakan, perubahan bisnis itu karena tambang batubara harus menghasilkan nilai tambah. "Ada orang bilang menambang lalu ekspor itu sama saja menjual tanah air. Dengan itu saya pikir value added batubara apa? Ya listrik," ungkap Boy Thohir, panggilan Garibaldi di kantornya, pekan lalu.

Menurut dia, mantapnya perubahan haluan bisnis ADRO karena pembeli batubara adalah perusahaan listrik di luar negeri. Sementara di dalam negeri kurang. "Makanya kami masuk PLTU. Tadinya visi kami, lokomotif adalah tambang. Sekarang dibalik. PLTU itu yang akan jadi lokomotif," ungkapnya.

Boy menargetkan perubahan itu terealisasi dalam lima tahun ke depan. Untuk itu Adaro akan memastikan cadangan batubara cukup untuk memenuhi seluruh pembangkit listrik yang dibangun. Alternatif lain, Adaro tidak akan mengeruk habis batubara.

Saat ini cadangan batubara Adaro sekitar 1,2 miliar ton dengan produksi tahun 2016 berkisar 52 juta-54 juta ton. "Lima tahun ini kami bertransformasi menjadi tiga pilar, tapi lokomotifnya IPP. IPP itu menjadi hulu, supply chain, mendukung kelanjutan suplai batubara," terangnya.

Adaro melanjutkan proyek PLTU Batang, Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 MW dengan kebutuhan 8 juta ton per tahun. Lalu, PLTU berkapasitas 2 x 100 MW di Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan yang membutuhkan 1 juta ton batubara per tahun.

Meski Adaro kalah dalam lelang PLTGU Jawa 1, Boy masih berminat kembali mengikuti lelang PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). "Tunjukkan profesionalisme. Saya bilang, pembangkit ini penting untuk Adaro," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×