Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk tak silau dengan harga batubara acuan (HBA) yang bulan ini berada di level US$ 101,69 per ton. Mereka menilai, kenaikan harga batubara tersebut belum mencerminkan kondisi pasar batubara sesungguhnya.
Head of Corporate Secretary and Investor Relations PT Adaro Energy Tbk Mahardika Putranto mengatakan, pemicu kenaikan harga batubara bukanlah permintaan yang meningkat, tapi pasokan menyusut.
"Tingkat permintaan kurang lebih sama, meskipun di Indonesia secara gradual ada peningkatan," katanya, Senin (19/12).
Penyebab pasokan menyusut adalah program pemangkasan produksi batubara oleh China sejak pertengahan tahun ini. Kebijakan Negeri Panda mampu mengurangi pasokan batubara dunia yang semula berlimpah.
Namun, belakangan Tiongkok mengizinkan produsen menggenjot produksi mulai dari 1 Desember 2016 hingga pertengahan musim semi tahun depan. China mengembalikan aktivitas tambang menjadi 330 hari kerja, setelah sebelumnya dipangkas menjadi 276 hari kerja.
Berkaca kebijakan terbaru China, Adaro Energy berharap, minimal harga batubara bisa bertahan hingga awal tahun. Pasalnya, perusahaan berkode saham ADRO di Bursa Efek Indonesia tersebut tengah melakukan negosiasi ulang kontrak batubara dengan pelanggan untuk periode tahun depan.
Dengan alasan bisnis, Adaro Energy tak bisa membeberkan lebih rinci kontrak tersebut. Yang terang, kontrak mereka jangka panjang. Lamanya bisa sampai lima tahun.
Mayoritas kontrak batubara merupakan kontrak luar negeri, hingga 76%. Sisanya adalah kontrak jual-beli batubara di dalam negeri. Selain itu, Adaro Energy juga memiliki kontrak yang saban tahun dinjau ulang.
Penentuan ulang harga kontrak batubara berlangsung awal tahun depan. "Intinya memang, apabila harga tetap bertahan tentunya akan berdampak positif untuk kinerja ke depan, kami berharap bisa mendapatkan harga yang terbaik ketika di-review," terang Mahardika.
Oleh karena itu, tahun depan Adaro Energy memilih bertahan dengan strategi tahun ini. Target volume produksi batubara tahun 2017 cenderung sama dengan tahun ini, yaitu 52 juta ton-54 juta ton batubara.
Menurut laporan keuangan 30 September 2016, Adaro Energy memiliki komitmen pengiriman 101 juta metrik ton batubara kepada sejumlah pelanggan, tergantung kesepakatan harga. Pengiriman batubara tersebut akan berlangsung secara bertahap dari tahun 2016 sampai 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News