Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis tambang batubara tampak cukup menantang seiring risiko volatilitas harga maupun penurunan permintaan dari sejumlah konsumen di masa pandemi Covid-19. Terlepas dari itu, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) tetap optimistis industri batubara dapat membaik di tahun depan.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira menilai, fluktuasi harga batubara yang kerap terjadi selama ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dikontrol oleh setiap pelaku usaha, termasuk ADRO.
Walau terus menghadapi tantangan untuk beberapa tahun ke depan, Manajemen ADRO tetap yakin bahwa fundamental sektor batubara sebagai energi dalam jangka panjang tetap kokoh. “Hal ini terutama didukung oleh aktivitas pembangunan di negara-negara Asia,” ujar dia, Rabu (23/12).
Baca Juga: Harga memanas jelang tutup tahun, simak prospek industri batubara pada 2021
Lantas, ADRO tetap fokus terhadap peningkatan keunggulan operasional bisnis inti, meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasi, menjaga arus kas, serta mempertahankan posisi keuangan yang solid.
Manajemen ADRO akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan tersebut. ADRO juga terus berfokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan keberlanjutan pasokan ke pelanggan.
Febriati menyebut, di tengah risiko volatilitas harga batubara, ADRO memiliki model bisnis yang terintegrasi dan efisien yang telah terbukti sukses dalam menghadapi siklus pergerakan harga komoditas tersebut.
Pilar-pilar bisnis non batubara juga diyakini akan terus memberikan kontribusi yang positif terhadap ADRO secara konsolidasi sekaligus menjadi penyeimbang saat volatilitas harga batubara berlangsung.
“Selain itu, kami telah melakukan diversifikasi dalam pilar Adaro Mining dengan masuk ke bisnis coking coal yang akan terus kami kembangkan,” ungkap dia.
Sebagai informasi, ADRO mengalami penurunan pendapatan sebesar 26% (yoy) menjadi US$ 1,95 miliar per kuartal III-2020. Hal ini seiring penurunan average selling price (ASP) batubara yang turun 18% secara tahunan.
Baca Juga: Prospek menjanjikan, bisnis penyediaan air masih diminati oleh emiten-emiten ini
Produksi batubara ADRO juga turun 7% (yoy) menjadi 41,10 juta ton hingga kuartal III-2020. Begitu pula dengan volume penjualan batubara perusahaan yang turun 9% (yoy) menjadi 40,76 juta ton di periode yang sama.
Selanjutnya: Fokus di sektor hilir, Bukit Asam (PTBA) yakin industri batubara masih prospektif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News