kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adaro Energy (ADRO) produksi batubara 56 juta ton tahun depan


Selasa, 11 Desember 2018 / 21:43 WIB
Adaro Energy (ADRO) produksi batubara 56 juta ton tahun depan


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menargetkan produksi batubara pada tahun depan berkisar di angka 54 juta ton sampai 56 juta ton atau masih sama dengan tahun ini. Target tersebut ditentukan bukan tanpa alasan. Kondisi global yang tidak menentu membuat industri pertambangan batubara terkena imbasnya.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyebut tahun 2019 merupakan tahun yang sangat menantang bagi industri pertambangan batubara di seluruh dunia. “Adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, lalu pembatasan impor batubara oleh China juga ikut berpengaruh,” kata dia di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (11/12).

Asal tahu saja, kebijakan China memangkas impor batubara akan sangat berpengaruh kepada industri pertambangan batu bara di Indonesia. Pasalnya, China menjadi pasar ekspor utama Indonesia dengan setidaknya 80 juta ton–100 juta ton batubara per tahun.

Saat ini, China merupakan salah satu tujuan utama ekspor batubara Adaro Energy, 13% dari batubara yang diproduksi dikirim ke negeri Tirai Bambu itu. Untuk menyiasati hal itu, Adaro Energy saat ini telah melakukan diversifikasi usaha melalui produksi coking coal atau kokas.

Sebab, kata Boy, margin harganya lebih baik dibandingkan dengan margin dari menjual thermal coal yang mendominasi produksi batubara di tanah air. “Kami tidak akan diversifikasi usaha yang keluar dari kompetensi utama kita, bisa saja kita diversifikasi usaha mengembangkan perusahaan teknologi, tapi itu bukan kompetensi kita,” kata pria yang akrab disapa Boy ini.

Menurut Garibaldi ini prospek kokas terbilang cerah tidak hanya di luar negeri tapi juga di dalam negeri. Karena ingin beralih menjadi negara industri tentunya Indonesia butuh baja dalam jumlah besar. Hal itu tentu ikut demikian mendongkrak permintaan kokas. Asal tahu saja, kokas merupakan salah satu bahan baku pembuatan baja.

Saat ini, kebutuhan kokas Indonesia sekitar 6 juta-7 juta ton setiap tahunnya dan kemungkinan akan meningkat di kemudian hari. Sejauh ini Adaro Energy baru memasok sekitar 1 juta ton kokas untuk berbagai keperluan. “Sampai kini, kebanyakan pasokan kokas masih impor dari Australia, oleh karena itu ini kesempatan bagi kami untuk masuk ke pasar dalam negeri,” kata Garibaldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×