Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) mencatatkan kinerja keuangan yang mentereng di awal tahun ini. Padahal penjualan batu bara dan produksi batubaranya terkoreksi akibat hujan lebat yang memengaruhi aktivitas pertambangan.
Melansir laporan keuangan ADRO pada kuartal I 2022, pihaknya mencatatkan kenaikan kinerja penjualan tumbuh 77% yoy menjadi US$ 1,22 miliar dari sebelumnya senilai US$ 691,97 juta di kuartal I 2021. Tumbuhnya pendapatan ini terutama karena kenaikan 86% pada harga jual rata-rata (ASP) secara year on year berkat harga batu bara yang tinggi.
Sejalan dengan naiknya penjualan, ADRO membukukan kenaikan laba bersih melesat hingga 457,6% yoy menjadi US$ 400,07 juta dari yang sebelumnya US$ 71,74 juta.
Baca Juga: Volume Produksi dan Penjualan Batubara Adaro Energy (ADRO) Turun di Kuartal I-2022
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer, Garibaldi Thohir, mengatakan model bisnis ADRO yang solid dan terintegrasi tetap terbukti efektif.
“Kenaikan harga batu bara di kuartal ini, ditambah dengan keunggulan operasional perusahaan, membawa keuntungan bagi Adaro, sehingga kami dapat mencatat profitabilitas yang tinggi pada kuartal I 2022,” ujarnya.
Garibaldi menegaskan, Adaro Energy Indonesia akan terus berfokus pada keunggulan operasional dan berdisiplin dalam hal biaya maupun penggunaan modal.
Meskipun kinerja keuangan ADRO mentereng, di awal tahun ini pihaknya menghadapi tantangan produksi karena faktor hujan lebat. Tercatat, penjualan batu bara pada tiga bulan pertama tahun ini turun 3% yoy menjadi 12,20 juta ton sementara produksi batu bara turun 6% yoy menjadi 12,15 juta ton.
Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Indonesia mengatakan, akan tetap fokus pada efisiensi dan keunggulan operasional.
“Lebih lanjut, kami harus memastikan bahwa bisnis ini akan dapat bertahan di tengah berbagai siklus melalui aktivitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/5).
Febriani menegaskan, ADRO tetap menjalankan bisnis sesuai dengan panduan di tahun 2022 yang telah ditetapkan dengan target produksi batu bara sebesar 58 juta ton hingga 60 juta ton.
Di sepanjang tahun ini, Febrianti bilang, Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik Perusahaan dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan.
“Adaro juga akan senantiasa mengikuti ketentuan DMO dan kami masih menjaga penjualan ekspor di wilayah Asia Tenggara, China, Asia Timur, India, Selandia Baru,” tandasnya.
Pada kuartal I 2022, ADRO membukukan beban pokok pendapatan naik 24% yoy menjadi US$ 623 juta, terutama karena kenaikan beban royalti yang didorong oleh kenaikan ASP secara year on year.
Adapun total biaya bahan bakar naik 64%, yang sejalan dengan kenaikan biaya bahan bakar per liter, walaupun konsumsi bahan bakar menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Adaro Energy juga mencatatkan kegiatan pengupasan lapisan penutup sebesar 48,22 Mbcm pada kuartal I 2022 atau turun 8% yoy dan nisbah kupas sebesar 3,97x. Musim hujan yang normal di kuartal ini mengurangi aktivitas pengupasan lapisan penutup. Biaya kas batu bara per ton (tidak termasuk royalti) turun 17% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News