Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) telah menentukan panduan kinerja tahun ini, salah satunya terkait belanja modal alias capital expenditure (capex).
Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ini mengalokasikan capex senilai US$ 70 juta hingga US$ 90 juta untuk segmen bat bara metalurgi.
Hanya saja, anggaran belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk pabrik pengolahan alias smelter aluminium.
“Perusahaan memperkirakan pencapaian financial close proyek ini pada semester pertama 2023 dan akan membuat pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas di kemudian hari,” terang Danuta Komar, Investor Relations Manager ADMR, Rabu (16/2).
Baca Juga: Produksi dan Penjualan Batubara Adaro Minerals (ADMR) Kompak Naik di 2022
ADMR melaporkan sejumlah kemajuan proyek pada tahun lalu. Misalkan, pada kuartal keempat 2022, ekspansi ADMR di pelabuhan Muara Tuhup mencatat kemajuan dengan merampungkan laporan final penelitian uji laboratorium tanah dan menggunakan data tersebut untuk memfinalisasi detailed engineering design (DED).
Dengan rampungnya DED, ADMR dapat memulai tahap selanjutnya untuk mempersiapkan konstruksi. Seleksi vendor untuk meningkatkan jalan angkutan dan fasilitas penyimpanan bahan bakar juga telah selesai.
Seluruh proyek ini akan mendukung pencapaian target produksi jangka menengah ADMR sebesar 6 juta ton batubara per tahun.
Di segmen alumunium, pada 13 November 2022 ADMR telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Hyundai Motor Company (HMC) pada acara pertemuan B20 di Bali.
Berdasarkan Nota Kesepahaman tersebut, HMC mendapatkan hak untuk membeli aluminium yang diproduksi PT Kalimantan Aluminium Industry pada tahap awal, dan hak atas negosiasi pertama untuk membeli aluminium karbon rendah yang akan diproduksi PT Kalimantan Aluminium Industry.
Volume offtake belum ditentukan, namun diproyeksi pada kisaran sekitar 50.000 sampai 100.000 ton aluminium per tahun.
Pada tanggal 20 Desember 2022, Kalimantan Aluminium Industry menandatangani Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat dengan Aumay Mining Pte. Ltd. dan PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), dimana menurut perjanjian tersebut, kepemilikan Kalimantan Aluminium Industry akan meliputi ADMR 65% (melalui perusahaan anaknya), Aumay 22,5%, dan CITA 12,5%.
Baca Juga: Adaro Minerals Indonesia (ADMR) Mengincar Volume Penjualan Hingga 4,3 Juta Ton
Perolehan dari transaksi ini akan digunakan untuk mengembangkan smelter aluminium Kalimantan Aluminium Industry yang akan menjadi proyek pertama kawasan industri hijau di Kalimantan Utara. Fase 1 smelter aluminium ini akan memproduksi 500.000 ton aluminium per tahun.
Konstruksi jeti, persiapan lahan, serta infrastruktur pendukung lainnya untuk smelter aluminium ini telah dimulai, dan fase pertama proyek ini diperkirakan akan rampung pada semester pertama tahun 2025 karena konstruksi diperkirakan akan memakan waktu sekitar 24 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News