kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akademisi: Lahan kering masam akan lebih produktif bila...


Rabu, 31 Oktober 2018 / 22:55 WIB
Akademisi: Lahan kering masam akan lebih produktif bila...
ILUSTRASI. ilustrasi kekeringan


Reporter: Annisa Maulida | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian merupakan tantangan besar dalam meningkatkan produksi pangan. Salah satu cara mengantisipasi semakin berkurangnya lahan pertanian untuk perluasan areal dengan lahan kering masam dan marginal.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Muhajir Utomo menjelaskan, potensi lahan kering masam akan lebih produktif bila dikelola dengan baik dibandingkan dengan lahan basah atau sawah. Hal ini seiring dengan kelangkaan air irigasi untuk mengelola lahan basah atau sawah.

Namun, pengelolaan lahan kering bereaksi masam akan lestari atau berkelanjutan jika mempertahankan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan atau ekologi.

Kunci keberhasilan pengelolaaan lahan kering bereaksi masam adalah dengan penambahan bahan organik yang bersifat insitu (dari usaha tani itu sendiri).

“Dengan penambahan bahan organik dan dolomit akan mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, kimia tanah, dan kesuburan tanah,” lanjutnya pada lokakarya pemugaran lahan kering bereaksi asam dan marginal, Rabu (31/10).

Menurut Dekan Fakultas Petanian Universitas Lampung, Irwan Sukri Banuwa, salah satu bentuk konservasi tanah dan air (KTA) adalah dengan pendekatan WOCAT (World Overview of Conservation Approachs and Technologies). “Tindakan KTA ini bertujuan memperbaiki kondisi kesuburan tanah,” ujarnya.

Hasil dari penelitian erosi menunjukkan, tindakan KTA mampu mengendalikan kehilangan hara. Bahkan penambahan dolomit dikombinasikan dengan tindakan KTA mampu meningkatkan produktivitas tanaman.

“Beberapa ciri lahan kering bereaksi masam memiliki pH rendah 4,6-5,5, kejenuhan basa rendah 50%, kadar bahan organic rendah, kejenuhan AI yang tinggi, fiksasi hara P tinggi dan secara umum memiliki kesuburan yang rendah,” ujar Irwan.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru mengumumkan bahwa luas lahan baku sawah tinggal 7,1 juta hektare (ha). Total sumber daya lahan di Indonesia sekitar 188,2 juta ha yang terdiri dari lahan kering 140 juta ha dan lagan basah sekitar 40 juta ha.

Irwan menjelaskan, dari total lahan kering 102,8 juta ha merupakan lahan kering bereaksi masam. Lahan tersebut berada di Pulau Sumatera seluas 29,3 juta ha, khusus di Lampung ada sekitar 2,65 juta ha. “Dari total lahan kering asam itu yang sesuai untuk usaha pertanian sekitar 56,3 juta ha,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×