Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Setelah merampungkan revitalisasi pabrik pertama, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Persero) alias Pusri, bersiap melanjutkan revitalisasi pabrik kedua. Rencananya, proses revitalisasi akan dimulai akhir tahun ini.
Sekretaris Perusahaan PT Pusri, Zain Ismed menuturkan, perusahaan perlu merevitalisasi pabrik kedua karena usia mesin sudah tua. Akibatnya, selama tingkat efisiensi pabrik itu rendah. Maklum, mesin di pabrik Pusri II sudah beroperasi sejak 1974. "Setelah revitalisasi, produksi diharapkan meningkat dua kali lipat," ujar Ismed, Senin (10/9).
Saat ini, pabrik Pusri II memiliki kapasitas terpasang produksi amoniak sebanyak 445.000 ton setahun dan urea 552.000 ton per tahun. Setelah direvitalisasi, kapasitas masing-masing akan dinaikkan menjadi 2.000 ton dan 2.750 ton per hari. Itu artinya, saban tahun, pabrik Pusri II akan mampu memproduksi 726.000 ton amoniak dan 1,72 juta ton urea.
Kapasitas tersebut akan melampaui kapasitas pabrik Pusri IB, yang merupakan hasil revitalisasi pabrik Pusri I pada 1994 silam. Dalam setahun, pabrik Pusri IB mampu memproduksi 396.000 ton amoniak dan 570.000 ton untuk pupuk urea.
Sekadar catatan, pabrik Pusri di Palembang, Sumatera Selatan, terdiri dari empat pabrik yang menempati areal seluas 55 hektare (ha). Adapun pabrik Pusri II menempati lahan seluas 15 ha.
Menurut Ismed, revitalisasi Pusri II bakal menelan biaya hingga US$ 700 juta. Dana tersebut akan diambil dari ekuitas perusahaan dan pinjaman perbankan. "Kami sudah roadshow ke sejumlah bank pelat merah," ujarnya.
Proses revitalisasi diperkirakan akan berlangsung hingga 2015 mendatang. Setelah itu, Pusri akan meneruskan proses revitalisasi untuk pabrik III dan IV yang berdiri di lokasi yang sama.
Pabrik baru
Di samping merevitalisasi keempat pabrik yang sudah ada, Pusri juga berencana membangun pabrik di lokasi baru. Sayang, Ismed belum bersedia buka-bukaan soal rencana tersebut. Dia beralasan, pembangunan pabrik baru itu merupakan rencana jangka panjang. Dia hanya bilang, akan lebih baik jika pabrik barunya itu didirikan di wilayah Sumatera Selatan.
Kata Ismed, tahun ini, Pusri menargetkan total produksi amoniak dan urea dari keempat pabrik itu mencapai 2,05 juta ton. Dia mengaku, volume produksi tahun ini stagnan dibanding tahun lalu, mengingat usia mesin yang sudah tua.
Tak heran, pabrik pupuk pelat merah ini juga menargetkan nilai penjualan tahun ini tidak berbanding jauh dari realisasi tahun lalu, yaitu sebesar Rp 6,74 triliun.
Ismed mengakui, pihaknya tidak terlalu optimistis bisa mengerek nilai penjualan lantaran Pusri juga kesulitan menaikkan harga jual. Perusahaan ini hanya mungkin untuk menaikkan harga jual pupuk non subsidi yang harganya mengikuti mekanisme pasar. Padahal sebanyak 80% pupuk produksi Pusri merupakan pupuk subsidi.
Pupuk susbsidi tersebut didistribusikan ke sembilan provinsi di Indonesia, antara lain DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka Belitung. "Hanya 20% sisanya yang bisa mendatangkan penjualan lebih," ungkap Ismed.
Hingga saat ini, seluruh produksi Pusri dipasok untuk kebutuhan dalam negeri. Adapun, hingga semester I 2012, Ismed mengklaim, penjualan pupuk Pusri masih sejalan dengan target yang dipatok di awal tahun. Sayang, dia enggan membeberkan realisasi penjualan di paro pertama tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News