Reporter: Aprillia Ika | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Restoran-restoran asing di bilangan Jakarta mulai mengeluhkan seretnya pasokan bahan baku impor. Beberapa restoran bahkan harus berhemat agar pasokan tetap ada sampai tahun baru tiba.
Walaupun begitu, suasana di mal-mal malah semarak menyambut natal dan tahun baru. Kafe dan resto pun padat menjelang makan siang dan makan malam. tak terkecuali, restoran-restoran asing. Karena, rata-rata pembeli kelas mal adalah orang berduit yang selalu selamat dari krisis moneter.
Seretnya pasokan bahan baku impor memang bukan tanpa sebab. Pasalnya, pemerintah sedang giat memperketat pengawasan arus impor makanan dan minuman asing terhitung sejak keluarnya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44/2008 tentang Ketentuan Impor Produk tertentu, akhir Oktober lalu.
Tak heran jika Badan pengawas Obat dan Makanan (BPOM) aktif merazia bahan-bahan makanan impor yang belum mencantumkan kode ML (Makanan Luar) sejak kejadian susu bermelamin asal China. Termasuk, bahan makanan yang selama ini masuk ke supermarket-supermarket premium yang menyasar segmen ekspatriat.
"Supermarket yang paling terkena dampaknya adalah supermarket Jepang. Bahkan pihak kedutaan asing Jepang sampai protes ke pemerintah Indonesia," ujar Nugroho Setiadharma, Presiden Direktur Ranch Market kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Ranch Market sendiri, 35% produk yang dipajang adalah barang impor. Gara-gara segel BPOM tersebut, pembeli Ranch Market yang kebanyakan adalah kaum ekspatriat turun sebesar 20%. "Mereka rela berbelanja ke Singapura daripada harus kelaparan disini," lanjutnya.
Beberapa supermarket Jepang yang kekurangan pasokan antara lain Kamome, Cosmo, Papaya, Libra Megah, dan Masuya. Padahal, Masuya ini merupakan supplier besar bagi beberapa restoran Jepang ternama seperti Takigawa, Ajihara, Ootoya dan sebagainya.
Praktis, barang yang masih tersisa di supermarket-supermarket tersebut jadi rebutan banyak restoran Jepang yang memang digemari baik kaum ekspatriat maupun warga lokal Jakarta. "Harga bahan baku jadi mahal sekali," ujar Eko Pujianto, Manajer promosi Restoran Jepang Ajihara di bilangan Blok M.
Menurut penuturan Rachmat TS, asisten manajer restoran Ootoya, Senayan City, lantaran seret pasokan, harga bahan baku yang tersisa naik 10% sampai 20%. Padahal, jumlah pengunjung di bulan Desember sedang mencapai puncaknya. Pada akhir pekan restoran ini harus menyajikan menu masakan bagi sekitar 300 pelanggannya.
Oleh karena itu, manajemen restoran melakukan kebijakan mengosongkan menu-menu yang memang kosong bahan bakunya. "Saat ini kita kehabisan tuna dan saos," imbuh Rachmat.
Restoran Jepang yang satu ini lebih sepi dibandingkan dengan restoran Jepang lainnya yang bertebaran di Senayan City. Pengunjungnya memang tidak seberapa, namun kebanyakan adalah orang Jepang asli.
Oleh karena itu, untuk menjaga rasa produknya, manajemen Ootoya tidak berniat meninggikan harga jual walau harga bahan baku melambung. "Saat ini posisi kami adalah jual rugi, yang penting tetap buka," pungkas Rachmat.
Lain lagi strategi Sushi Tei menjaga pasokannya tetap aman sampai tahun baru tiba. Restoran ternama ini melakukan manajemen stok untuk beberapa menu yang dikeluarkan. Serta, mengambil pasokan dari supplier lainnya walau harus ditebus dengan harga yang tinggi.
Pada siang hari di Senayan City, terlihat hampir tak ada meja yang kosong di restoran ini. Baik keluarga atau eksekutif muda, atau sekedar anak nongkrong pun terlihat asyik menikmati menu mereka. Tingginya minat pengunjung mal untuk mencicipi resep Sushi Tei membuat pihak manajemen berhati-hati.
"Saat ini kita kehabisan beras dan beberapa ikan," ujar Kartika, Store Manager Sushi Tei. Namun, untuk stok bahan baku laainnya masih cukup aman sampai Januari tahun depan.
Seretnya pasokan bahan baku sudah dirasakan manajemen Sushi tei sejak bulan Oktober lalu. Tak heran jika manajemen Sushi Tei rada khawatir dengan cadangan ransumnya. Pasalnya, pelanggan Sushi Tei sendiri mulai meningkat di bulan Desember ini. "Kalau akhir pekan, biasanya hanya 1100 orang per hari, kini sampai 1500 orang per hari. Tak heran bagian purchasing kami pusing," ujar Kartika.
Oleh karena itulah, pihak Sushi Tei memberlakukan manajemen buffet stock. Di mana, ada pembatasan menu-menu teetentu untuk dijual. "Untuk menu-menu yang sold out, biasanya pelanggan kita tidak komplain," pungkasnya.
Sementara itu, di restoran Takigawa yang tak kalah ramai dari Sushi Tei, pihak manajemen restoran mengaku kalau pasokan bahan baku restorannya cukup sampai bulan Januari mendatang.
"Memang ada beberapa item yang saat ini tidak bisa kami sediakan, tetapi diluar bahan-bahan tadi, semua pasokan bahan baku di dapur kami masih aman," tukas sarah, Asisten Manajer Takigawa Senayan City.
Bahan baku yang saat ini tidak ada menurut Sarah antara lain Salmon dan aburage (kulit tahu). Sarah sendiri bilang, bahwa Takigawa punya banyak cabang, sehingga tidak khawatir kekurangan pasokan karena bisa diambil dari cabang lain yang surplus.
"Selama ini kami memasok dari Masuya, tetapi bila Masuya juga kekurangan, akan kami pasok dari Takigawa pusat. Jadi sama sekali tidak ada masalah," tegas Sarah. Sarah juga mengaku tidak khawatir dengan melonjaknya pengunjung di bulan Desember ini.
Lantaran, bulan Desember ini pengunjung Takigawa Senayan City naik sampai 300 orang per hari. Padahal biasanya hanya 100 orang per hari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News