kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akuisisi 3.500 menara XL, positif ke bisnis telko


Jumat, 03 Oktober 2014 / 14:11 WIB
Akuisisi 3.500 menara XL, positif ke bisnis telko
ILUSTRASI. Simak beberapa cara mencari ATM BCA terdekat dari lokasi sekarang melalui HP./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/18/04/2022.


Reporter: Merlinda Riska | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Aksi akuisisi 3.500 menara telekomunikasi milik PT XL Axiata Tbk (XL) oleh PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) menimbulkan efek domino positif bagi pasar telekomunikasi. Salah satunya efek positifnya adalah adanya ruang tumbuh bisnis menara, yang diyakini masih besar dan kompetitif.

Ketua Umum Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Alexander Rusli menyatakan, bisnis menara menjadi lebih kompetitif dan sehat pasca dilepasnya 3.500 menara oleh XL. "Tender lelang yang dilakukan XL menciptakan lebih banyak pemain besar. Tentunya akan membuat bisnis menara jadi lebih sehat an kompetitif," katanya, Jumat (3/10).

Sementara itu, menurut Analis dari MNC Sekuritas Reza Nugraha, bisnis menara akan tambah menarik mengingat pemain besar tak hanya didominasi dua pemain. Dia bilang, SUPR pun menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan di industri ini. "Solusi Tunas Pratama menjadi tiga besar dan membuat namanya diperhitungkan karena berani melakukan akuisisi menara XL,” katanya.

Di masa depan, bisnis menara telekomunikasi pun diproyeksi akan tumbuh signifikan. Hal ini lantaran kebutuhan operator untuk mengadopsi teknologi 3G dan 4G masih tinggi. "Bisnis menara masih besar ruang untuk pertumbuhannya. Operator kan mau mengadopsi 4G dan memperbanyak 3G, itu akan memperbesar ruang tumbuh," ujarnya.

Informasi saja, XL baru saja melepas 3.500 menara ke Solusi Tunas Pratama dengan nilai akuisisi Rp 5,6 triliun. XL mengikuti jejak Indosat, Tri Indonesia, dan Bakrie Telecom.

Namun, dalam industri telekomunikasi hanya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang belum melakukan monetisasi bisnis menara yang dikelola PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

Menanggapi hal itu, Direktur Utama Telkom Arief Yahya menyatakan, monetisasi akan dilakukan mengikuti praktik bisnis yang lazim di bisnis menara. "Di bisnis menara kalau perusahaan belum independen, tak akan naik tenancy ratio. Di negara lain, jika tenancy ratio rendah, menaranya dirubuhkan. Ini masalah pilihan yang harus diambil," katanya.

Arief bilang, rasio tenansi Mitratel adalah 1,2 kali. Sedangkan, perusahaan menara lainnya memiliki rasio hampir 2 kali. Semakin besar rasionya, menunjukkan, tenansi tumbuh lebih cepat ketimbang penambahan jumlah menara.

Menurutnya, kinerja Mitratel sebenarnya oke. Namun, Arief mengakui bahwa perusahaan menara yang terikat kuat dengan induknya cenderung tak laku. Ini karena operator penyewa menara merupakan pesaing TLKM.

Dijelaskannya, untuk membuka valuasi dari Mitratel tak bisa terpaku hanya dengan skema Initial Public Offering (IPO) atau menawarkan saham ke publik. Ada juga opsi back door listing atau membeli saham dari perusahaan yang valuasinya rendah untuk diubah portfolionya.

"Semuanya sedang kita kaji. Tetapi tahun ini harus sudah ada keputusan soal Mitratel agar tak kehilangan momentum," tegasnya.

Mitratel sebenarnya telah diwacanakan untuk ditingkatkan nilainya sejak 2011. Pada 2013 diperkirakan omzet Mitratel sekitar Rp 1,98 triliun. Terakhir, Telkom menggandeng Barclays Capital untuk menggelar tender guna mencari mitra strategis bagi Mitratel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×